Tarik Ulur Masalah Sampah Bandung
Pemerintah Kota Bandung masih berupaya untuk menyelesaikan polemik yang muncul akibat amburadulnya pengelolaan sampah kota Bandung. Warga Pasirbajing yang terus berupaya menolak pembuangan sampah Bandung merupakan salah satu mengapa masalah sampah Bandung hingga kini masih terus tak terselesaikan. PR melaporkan hari ini bagaimana tarik ulur itu menyebabkan Pemerintah Kota melirik kembali TPA Jelekong yang jelas-jelas tidak layak pakai lagi.
Upaya Pemkot Bandung mencari lahan untuk tempat pembuangan akhir (TPA) terus dilakukan. Pembersihan tumpukan sampah di berbagai penjuru kota dan tempat pembuangan sementara (TPS) dilakukan dengan menimbun sampah di sejumlah titik di wilayah Kota Bandung.
Bahkan, TPA Jelekong Kab. Bandung yang masa aktifnya berakhir 31 Desember 2005, kini dilirik lagi sebagai salah satu alternatif. Namun, masyarakat sekitar TPA masih trauma dengan dampak yang ditimbulkan dari pembuangan sampah selama sepuluh tahun terakhir.
”Kami merasa dirugikan selama 10 tahun, setiap malam harus menghirup bau sampah, air jadi tercemar, kolam-kolam kering,” ujar Eddy Suryana, warga RW 4 Kp. Cilayung, Kel. Wargamekar, Kec. Baleendah, Kab. Bandung, Kamis (18/5).
Hari ini tampak masyarakat di sekitar Jalan Ganesha - Tamansari bersiap-siap menunggu truk-truk pengangkut sampah yang dijanjikan Dada Rosada untuk mengangkut sampah di titik-titik pembuangan sementara. Dada mengatakan bahwa sampah yang menggunung di berbagai lokasi akan diangkut paling lambat pada tanggal 21 Mei 2006. pertanyaannya adalah, apakah janji Dada realistik?
Usaha-usaha itu tampaknya memang telah dilaksanakan di beberapa tempat strategis, seperti misalnya sebagian kecil sampah di Jalan Pasteur telah terangkut. Tetapi jangan lupa, penyelesaian sporadis seperti ini sering kali tidak menyelesaikan masalah besar yang sebenarnya telah mengakar.
No comments:
Post a Comment