31 March 2005

”Komposter” untuk Sampah Rumah Tangga

Image hosted by Photobucket.comTahu enggak, 80% dari sampah yang dibuang ke TPA adalah sampah organik? Tahu enggak apa arti 80% tempat di TPA yang bisa dihemat jika seluruh masyarakat berpartisipasi untuk mengolah sampahnya sendiri? Pesan ini mengemuka ketika Departemen Pekerjaan Umum memamerkan teknologi sederhana pengolahan sampah rumah tangga yang disebut Komposter.

Alat ini dibuat dari tong plastik dan PVC. Komposter ini dijual dengan harga Rp 250.000,-. Proses pengomposan akan terjadi dalam 4-6 bulan. Sehingga setiap keluarga memerlukan 2 komposter yang digunakan secara bergantian. Mudah, bukan?
Yang berminat, silahkan menghubungi Ir. Lya Meilany, peneliti pada Puslitbang Pemukiman PU. Atau bisa langsung kepada Kepala Badan Litbang PU, Roestam Sjarief. Tampaknya Pak Awan Gumelar harus melakukan sosialisasi kepada seluruh masyarakat Bandung, agar mau memroses sampahnya sendiri. C’mon pak Awan!

TPA Cicabe, Solusi Darurat

Image hosted by Photobucket.comTampaknya Pemerintah Kota Bandung kehabisan akal untuk mencari solusi pembuangan sampah kota yang menggunung paska longsor TPA Leuwigajah. Pemerintah Kota akhirnya memalingkan perhatiannya pada TPA Cicabe – Kecamatan Cicadas, dekat Pemakaman Cikadut, yang telah ditutup sejak tahun 1998. Penutupan TPA Cicabe dulu berkaitan dengan mulai dieksploitasinya TPA Leuwigajah.

Namun konon TPA Cicabe hanya akan digunakan selama berlangsungnya KAA 50 di Bandung. Setelah itu, masih entah!

Sebagian penduduk di sekitar TPA Cicabe setuju-setuju saja dengan digunakannya kembali TPA Cicabe. Namun sebagian lagi tentu tidak setuju. Tampaknya Pemerintah Kota harus menyelesaikan PR-nya dengan lebih arif. Masalah ini kental dengan permasalahan sosial-budaya. Tidak mudah!

Denda Tinggi untuk Pelanggar Perda K3!!

Denda Tinggi

Berita gembira, Broers!
Pada tanggal 15 Maret 2005 yang lalu, DPRD Kota Bandung menetapkan Peraturan Daerah Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan (K3). Perda ini menetapkan denda yang tinggi bagi pelanggar Perda. Menurut Wali Kota Bandung, Dada Rosada, denda bagi pelanggar Perda berkisar dari Rp 250.000,- hingga Rp. 10 juta. Tingginya denda ini disangkal oleh Dada sebagai upaya untuk mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pencantuman denda yang tinggi ini diharapkan sebagai terapi kejut bagi masyarakat yang memang merupakan masyarakat yang belum peduli terhadap masalah K3.

“Karakter masyarakat kita memang masih harus dipaksa.”, kata Dada. Setuju pisan Pak!

Berapa sih denda bagi pelanggar K3 yang ditetapkan Perda? Coba lihat:

  • Rp. 5 juta bagi pelanggar dilarang merokok di tempat umum.
  • Rp. 5 juta bagi mereka yang membuang sampah di sembarang tempat.
  • Rp. 50 juta bagi mereka yang menyelenggarakan perjudian.
  • Rp 250.000,- bagi mereka yang menyebrang/melintas di tempat yang dilarang.

Sosialisasi

Salah satu masalah dari Perda-Perda yang ada adalah sosialisasi dan komitment dari aparat. Apakah ini akan menjadi ajang korupsi gaya baru? Hanya waktu yang bisa menjawab. Tetapi memang sosialisasi adalah tahap yang paling krusial. Menurut aparat K3 Kota Bandung, sosialisasi akan dilakukan bertahap yang lamanya antara 6 bulan hingga 1 tahun. Selama tenggang waktu ini, sangsi yang akan diberikan kepada para pelanggar adalah berupa teguran. Setelah waktu tenggang sosialisasi ini berlalu, baru denda akan diberlakukan.

Pemberlakukan Perda inipun juga akan dilakukan secara bertahap. Pada awalnya Perda ini akan diberlakukan di Pusat Kota, dan pada gilirannya kelak Perda akan diberlakukan di seluruh kota Bandung.

Kita tunggu Pak.

Bau Sampah di Jalan Cicadas

Sampah di jalan Cicadas Bandung sudah sedemikian mengganggunya, berbau busuk. Uh, aku heran dan terperangah ketika kulihat beberapa orang sedang asyik makan baso di dekat-dekat situ. Alah Bisa Karena Biasa? Bukan, itu mandah namanya.

Sampah di Kawasan Pasir Koja

Hari ini aku meliwati kawasan Pasir Koja. Duh, jaan macet total, dan itu karena sampah yang menggunung, hingga menutupi badan jalan.

Bantuan 4,7 Miliar untuk Atasi Masalah Sampah

Aneh rasanya ketika Maman Suparman, Sekretaris Daerah Kota Bandung, mengaku tidak tahu menahu tentang bantuan Pemerinta Provinsi Jawa Barat sebesar 4,7 Miliar rupiah yang diberikan untuk mengatasi masalah sampah di Bandung, ketika ditanya wartawan masalah ini (Pikiran Rakyat, 28 Maret 2005).

Ia mengaku pemerintah kota belum diberitahu tentang hal itu. Katanya, ”Kami belum menerima dana itu, walaupun informasinya memang kami baca dari koran.”

Lho, itu 4,7 Miliar rupiah Pak! Enggak main-main, mustahil kalau uang sebanyak itu dianggap angin.

Konferensi Asia Afrika dan Sampah

Pada tanggal 24 April 2005 yang akan datang, Bandung akan menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika yang ke-50. Dan, masalah utama yang membuat resah sebagian masyarakat kota yang peduli dan aparat kota adalah masalah sampah yang hingga kini belum bisa teratasi. Sekretaris Daerah Kota Bandung, Maman Suparman, bahkan telah menyampaikan kepada wartawan pada beberapa waktu yang lalu, “tak semudah membalikkan telapak tangan!”, katanya. Mmmm, memang, siapa bilang hal ini adalah masalah yang mudah?

Tetapi paling sedikit, aku berharap banyak bahwa menjelang KAA 50 ini, kota kita akan kembali bersih. Hatiku menjadi lebih sumringah ketika tahu bahwa pemerintah kota tengah bekerja keras mengerahkan segala usaha dan tenaga untuk menyelesaikan masalah ini. Minimal pak Maman berjanji bahwa paling lambat 10 hari sebelum KAA, Bandung sudah bersih…sih!

Bau Menyengat di Jalan Bengawan - Bandung

Karena aku agak curious, kemarin aku iseng-iseng meliwati jalan Bengawan, ingin melihat keadaan sampah di sana. Begitu aku mendekati tempat pembuangan sementara di dekat sebuah Gereja, syuuuurrrrr.... bau menyengat hinggap di hidungku. Aku was-was dengan keadaan sampah di sana, dan benar saja. Keadaan sampah yang agak sedikit membaik menjelang Paskah kemarin, saat ini memburuk lagi. Saat ini gundukan sampah sudah menutupi seluruh jalan di depan Gereja. Yang emmbuat hatiku sedih, bau menyengat dari sampah ini menyebar ke seluruh kompleks perumahan di dekat daerah ini.


29 maret 2005

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana penduduk di sana bisa tahan hidup seperti ini. Apalagi kalau dipikir-pikir, tingkat sosial masyarakat sekitar jalan Bengawan adalah masyarakat kelas menengah ke atas lho! .

Tai Kuda di Jalan Ganesha

Oooppss, tepat di depan gerbang utama ITB, terdapat sebuah kubangan sampah tak terurus. Beberapa waktu yang lalu, tempat ini dipenuhi sampah. Ironi sekali memang, jika melihat kampus ITB yang bersih dan asri itu, tetapi tepat di luar kampus, keadaannya jorok sekali.

Sekarang, tempat sampah itu dijadikan tempat kotoran kuda.

::tai kuda::

Mau jadi apa kotaku ini?

ITB: Kampus Bersih

Pernah ke ITB?

Kalau belum, sekali-sekali kunjungilah kampus ini. Memang saat ini di tengah kampus ada kegiatan pembangunan Student Center yang membuat lingkungan kampus sedikit terganggu. Tetapi selain itu, kampus ini tampak asri, bersih dan nyaman untuk dipandang.

Hampir di seluruh bagian kampus terdapat tong sampah tiga warna yang masing-masing warna memberi arti yang khusus untuk peruntukannya. Misalnya warna hijau untuk sampah organik, kuning untuk sampah plastik, dan merah untuk botol, kaleng, dan sebagainya. Sehingga hal ini akan memudahkan mereka yang bertugas untuk menyortir sampah.

Bukan karena ku orang ITB sehingga aku membangga-banggakan kampus ini. Tidak berlebihan kiranya jika aku berusaha untuk menunjukkan hal ini kepada setiap tamuku yang berkunjung ke Bandung, bahwa ada sudut-sudut Bandung yang layak untuk dilihat. Senang rasanya memperlihatkan kepada tamuku bahwa ada bagian yang "bersih" di kotaku.

Kupandang dan Kupandang Dikau

berdiri di depanmu,
kuragu, entah mengapa,
mahluk Tuhan berbisik di telinga kiriku,
menarik hidungku, ke arah Barat!
lihat tuh sampah!

Gunung Sampah di Jalan Tamansari - Ganesha - Bandung

Tahu enggak bung, bahwa ITB saat ini sangat asri, bersih, dan enak dipandang? Di mana-mana terdapat tong sampah yang membuat para mahasiswa atau siapapun yang mau membuang sampah malu untuk melakukannya secara sembarangan? Tapi hal yang sangat kontras terjadi tidak lebih dari 100 meter dari pintu gerbang utama ITB ke arah barat, di persimpangan Jalan Ganesha - Tamansari. Wuaaahh, kumuh, dan sangat kotor! Padahal tempat ini adalah salah satu tujuan wisata Bandung, karena di tempat inilah pada akhir pekan anak-anak bisa menunggang kuda berkeliling kawasan Ganesha. Terlebih pula, di dekat sana terdapat Kebun Binatang yang merupakan satu-satunya Kebun Binatang di kawasan Bandung Raya.

::sampah di taansari bandung::

Sampah itu sempat luber ke badan jalan yang menyebabkan macet tak terhingga. Namun akhir-akhir ini, entah sejak kapan, di atas gundukan sampah itu terdapat tulisa yang membuat aku tersenyum sendiri: "Dilarang Membuang Sampah di Sini Kecuali Dalam Karung". Lho?

Bau Busuk di Cipageran Cimahi

Akhir-akhir ini aku sering berkendaraan melalui Cipageran. Dalam hatiku aku membayangkan, senang juga sekali-kali merasakan hal-hal yang baru dengan berkendaraan menuju Lembang atau Cihideung lewat Cimahi - Cipageran. Namun kesenangan itu sedikit ternoda karena sekitar 1 km dari Masjid Raya Cimahi ke arah Utara, di daerah Cipageran, ada setumpuk sampah yang sangat mengganggu. TPS Sampah itu terletak di tengah-tengah deretan kompleks perumahan yang berjajar di sekitar itu.

Tidak nyamannya kota Bandung akhir-akhir ini membuat seluruh penduduk kota gerah. Namun ternyata ketidak nyamanan itu terasa pula di daerah luar kota, yang relatif jauh dari pusat kota. Waduh.. moga-moga masalah ini tidak berlarut-larut menjadi polemik yang tidak pernah berakhir.


::gambar sampah cipageran::

Kondisi di Jalan Parakan Saat

Sudah tiga minggu terakhir ini, jalan Parakan Saat - Antapani - Bandung macet total, akibat sampah yang luber menutup jalan. Mobil yang biasanya lancar karena jarang ada mobil yang lewat ruas jalan ini jadi berdesak-desakan dan tidak bisa bergerak. Sebagian ruas jalan "terpakai" sampah yang sudah tidak bisa ditampung lagi oleh TPS di sana.

::sampah jalan parakan saat::
...dan begitulah, Bandung kita!

30 March 2005

PD Kebersihan Kota Bandung

PD Kebersihan Kota Bandung menyatakan di situsnya:
Kami mewujudkan Kota Bandung yang bersih dengan dukungan dan peran serta semua pihak, yang selanjutnya kami nyatakan :

Kota Bandung Bersih Tanggungjawab Bersama

PD Kebersihan Kota Bandung

Nah, hayooo!

Pasar Minggu Nyampah

Sedikit hal yang mengganjal hatiku, dan aku tidak bisa tidur kalau memikirkan hal ini.Begini. Setiap hari minggu pagi, di sekitar Lapangan Gazebu - Gedung Sate dan di sekitar Kantor Samsat di Jalan Soekarno-Hatta Bandung, terdapat kegiatan dadakan, yang sudah menjadi semacam event mingguan. Pasar dadakan yang semrawut! Hingga saat ini, sedikit sekali komentar yang pernah dirilis oleh Pemerintah Kota dan DPRD tentang hal ini. Padahal impact-nya cukup signifikan terhadap keteraturan dan kebersihan kota.

Pertama.
Pada saat kegiatan ini berlangsung, lalu-lintas di sekitar daerah ini menjadi sangat semrawut. Mereka yang berasal dari Bandung Selatan yang ingin ke daerah Dago atau sebaliknya, praktis harus memutar emlalui jalan yang lumayan jauh.

Kedua.
Sampah yang dihasilkan, waduh!, mengotori daerah sekitarnya dan, masak ya orang-orang ini tidak bisa diatur?

Mereka membuang sampah seenak udel, dan sama sekali tidak memiliki tanggung-jawan moral untuk bersama-sama memelihara kebersihan lingkungan.Tampaknya pemerintah kota dan wakil rakyat harus mulai mengeluarkan ide-ide yang cerdas untuk mengatur agar perubahan entropi tidak terlalu positif, sehingga ketidak-teraturan yang terjadi tidak membuat segala sesuatunya lebih amburadul. Beberapa pertanyaan praktis lantas hinggap di kepalaku:

  • Mengapa para pedagang dadakan ini tidak disuluh terlebih dahulu?
  • Mengapa pemerintah kota enggan untuk memasang tong sampah umum di beberapa tempat di sekitar daerah pasar dadakan?
  • Mengapa masalah ini tdak pernah disosialisaikan secara komprehensif ke seluruh masyarakat kota?
  • Mengapa kelihatannya susah sekali untuk memberikan contoh yang nyata tentang bersih kota kepada masyarakat kota? Padahal ini bisa dimulai dari daerah di sekitar balai kota, dengan juga menerapkan disiplin personal dari seluruh aparat kota.
  • Mengapa orang Bandung susah sekali diajak untuk hidup teratur, bersih, dan berbudaya?
  • Mengapa tidak ada kesan bahwa orang Bandung "bermartabat"?

Tidak ada yang gampang dan gratis, memang. Tapi kalau tidak dimulai dari 1, angka 1000 tidak akan pernah ada.

Membuat Kompos Sendiri?

Broers!
Sampah menumpuk? Mengapa kita tidak berusaha untuk mengurangi volume sampah kita sendiri? Salah satu cara jitu dan cerdas adalah membuat kompos sendiri. Ada beberapa keuntungan dengan membuat kompos sendiri.

  1. Tanah kebun kita akan menjadi subur.
  2. Nutrisi dan kandungan hayati tanah akan semakin kaya.
  3. Volume sampah akan semakin kecil, dan tidak memberati TPS dan TPA.
  4. Meningkatkan efisiensi recycling process.
  5. dan lain sebagainya, masih banyak kok!

Bagaimana cara membuat kompos sendiri?

  1. Sediakan tempat pengomposan di halaman/kebun anda. Bisa berupa lubang di tanah, atau bisa berupa drum.
  2. Sediakan bambu yang dibolongkan di tengahnya, atau pipa paralon, untuk saluran gas metana hasil degradasi.
  3. Pisahkan sampah organik dari dapur anda.
  4. Kalau sempat, potong-potong menjadi bagian yang lebih kecil seluruh sampah organik yang anda miliki. Hal ini akan mempercepat proses pengomposan karena dengan lebih kecilnya bahan organik, luas permukaan kontak bahan organik dengan volume curah sampah akan semakin besar, yang pada gilirannya akan mempercepat proses degradasi.
  5. Sebagai katalis proses pengomposan, anda bisa membeli pupuk kandang.
  6. Campur rata sampah organik tersebut dengan pupuk kandang dengan rasio: 10 volume sampah organik berbanding 1 volume pupuk kandang.
  7. Taruh campuran tersebut di dalam tempat yang sudah disediakan.
  8. Tusukkan 1-2 buah bambu atau pipa paralon untuk setiap 1 m2 luas permukaan tempat pengomposan untuk membuang gas metana hasil degradasi. Gas ini adalah gas bio yang dalam jumlah besar bisa digunakan sebagaibahan bakar alternatif.
  9. Tutup tempat pengomposan.
  10. Balik-balik campuran sampah sesekali dalam satu minggu.
  11. Kompos siap dipanen dalam waktu kira-kira 3 minggu hingga satu bulan.

Nah!Gampang dan sehat!

Antapani dan Jalan Terusan Jakarta yang Kumuh...


Kalau anda meliwati jalan Terusan Jakarta Antapani menuju ke Jalan Jakarta, sebelum kompleks pertokoan Borma di sebelah kiri, anda akan melihat TPS Sampah. Tempat itu saat ini sudah mulai mengotori tempat sekitar. Sampah-sampah yang tidak terurus sudah mulai mengotori jalan sekitarnya. Padahal sekitar 500 m dari sana di Antapani terdapat incenerator yang sudah membuang polusi bagi penduduk perumaha di sekitarnya. Gila!

Aku meliwati tempat ini sambil mendengarkan radio yang mengeluhkan kata-kata keprihatinan. Sekretaris Daerah Pemerintah Kota Bandung sudah mulai stress dan berkata bahwa hal yang paling krusial sekarang ini untuk dilakukan adalah mengurusi sampah yang menumpuk di mana-mana. Mau dikemanakan muka kita pada saat Konferensi Asia Afrika bulan depan jika Bandung identik dengan sampah?Memang tidak ada kata berhenti untuk berharap melihat Bandung kembali bersih.

Bojong oh Bojong!

Polemik TPST Bojong berlanjut. Ini akibat dari pemerintah daerah tidak menerangkan rencana-rencana sanitasi kota kepada rakyat secara komprehensif. Penolakan-penolakan rakyat terhadap hadirnya unit pengolah sampah lantas mengemuka. Dan parahnya, kemudian intimidasi ala preman kepada rakyat kemudian digunakan. Kampungan sekali.

Mmmmm.... coba lihat.Para intimidator keliling kampung, mengintimidasi rakyat.Melempari rumah rakyat. Lucunya, sambil membawa-bawa senjata tajam. Siap tempur, atau takut dijotos? Kekanak-kanakan karena kemudian pakai bakar-bakar spanduk WALHI.

Ketika masalah ini mengemuka, mengapa Pemerintah Daerah tidak menerangkan hal ini secara baik-baik? Apakah sama sekali tidak ada jalan keluar yang lebih cerdas?Persoalan yang mulanya adalah persoalan sosial, kemudian menjadi persoalan kriminal. Lucu, dan sama sekali tidak cerdas.

Masih adakan yang peduli?

Apakah penduduk Bandung sudah tidak peduli dengan kebersihan kotanya?

Aku baru saja datang dari BSM. Ketika aku meliwati jalan Gatot Subroto yang padat-lancar, tiba-tiba.... siuuurrrr blug! Kijang metalik bernomor polisi D 25** ** di depanku melempar kantong plastik berisi sesuatu, yang aku yakin sampah, ke luar mobil. Ia tampaknya tidak peduli kalau ada orang di dekat-dekat situ yang akan kena lemparannya. Ia tampaknya tidak peduli bagaimana anggapan orang lain yang melihatnya tampak tidak berpendidikan begitu. Membuang sampah seenaknya, tanpa sangsi apa-apa, tampaknya sudah menjadi "trend" kota Bandung.

Memalukan. Benar-benar memalukan....

Sampah Menumpuk di Parakan Saat

Pagi ini saya harus antri di jalan Parakan Saat. Aneh, tidak biasanya keadaan separah itu melanda Parakan Saat yang biasanya lancar-lancar saja. Dan, saya tidak bisa tidak menggeleng-gelengkan kepala ketika saya tahu tumpahan sampah di TPS jalan Parakan Saat sampai menutupi jalan. Macet parah tidak bisa dihindari lagi. Yang menyedihkan, hanya 100 meter dari sana, ada sekolah SD yang pasti sangat terganggu dengan bau busuk sampah dan pemandangan yang... aduh..... sangat luar biasa mengiris hati.

Kapan bandung-ku kembali asri?

TukangSampah

Tidak Cukup Sekali

Tidak cukup sekali, memang. Dan aku tidak neko-neko kok, walaupun situs ini adalah blog-ku yang kesekian tentang sampah yang menumpuk di Bandung. Aku sudah menulis tentang hal ini di beberapa blog yang lain. Mungkin saja isinya sama, tetapi mungkin pula isinya berbeda. Sangat bergantung pada aksesibilitas-ku ke seluruh blog-ku.

Cek:

http://sampah.blog-city.com
http://sampah.bloggy.com

TukangSampah

Masih Asrikah Kotaku?


Image hosted by Photobucket.com

masih asrikan kotaku?,
entah, aku s'lalu bertanya,
namun mimpiku tak pernah henti,
melihat kau kembali asri.