29 September 2006

HIMATEK dan Reaktor Kompos

Pernah dengar HIMATEK? Mungkin belum. HIMATEK adalah Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia ITB, salah satu himpunan mahasiswa tertua di ITB. Karena mereka adalah critical mass dari para praktisi teknologi proses di Indonesia, mereka tidak terlena saja ketika melihat masalah lingkungan dan sampah Bandung yang telah mengakar dan sulit untuk dihilangkan ini. Sejak beberapa minggu yang lalu, di samping sekretariat HIMATEK, bertengger 5 buah reaktor kompos yang dibangun dan dioperasikan sendiri oleh para mahasiswa ini. Rancangan reaktornya sendiri sih sederhana saja, yang penting bersih dan sistem ventilasinya baik, udah!. Sampahnya? Diambil dari daerah sekitarnya. Mungkin sampah-sampah organik penjual makanan kecil yang sering nangkring di dekat sana ditampung di reaktor ini. Boleh-lah.
Namun semangat para mahasiswa ini tidak berhenti sampai di sana. Pada beberapa waktu yang lalu, aku menerima proposal yang bertajuk "Pemanfaatan Kompos sebagai Sarana Penanggulangan Sampah", yang disiapkan oleh divisi workshop HIMATEK, yang intinya adalah sebagai berikut:

  • Buat beberapa (10? 20?) reaktor kompos
  • Bagikan reaktor tersebut kepada beberapa rumah tangga terpilih
  • Sosialisasikan bagaimana cara membuat kompos
  • Monitor
  • Gembar-gembor

Menarik, dan sangat menyentuh potensi dasar masyarakat untuk menyadari mengapa membuat kompos dari sampah organik penting artinya bagi pengurangan volume sampah kota yang disinyalir akan menjadi masalah besar dalam waktu yang tidak begitu lama lagi. Selain itu, proyek ini juga akan mengajarkan kepada masyarakat bagaimana pola hidup sehat diaplikasikan dalam tindakan sehari-hari.

Saat ini, aku sedang berpikir, bagaimana ya cara mencarikan dana untuk adik-adik mahasiswa ini?

Masyarakat Bandung tak Peduli Sampah

Pagi ini, aku mendengar sebuah pernyataan menarik dari Musika FM, "Setujukah anda bahwa masyarakat Bandung tidak peduli dengan sampah?". Yang setuju atau yang tidak setuju, diharapkan untuk mengirim sms yang berisikan opini singkat tentang hal tersebut. Weleh!.

Aku mengerti bahwa topik ini muncul karena berita dai Pikiran Rakyat yang menyatakan bahwa bahwa konsep sampah terpadu yang digagas oleh para pemerintah daerah cekungan Bandung tidak jalan, alias macet. Sehingga, dikhawatirkan bahwa dalam waktu dekat, Bandung kembali akan dipenuhi oleh sampah! Hal ini ditambah pula dengan berita bahwa jalan ke beberapa TPA di sekitar bandung rusak parah. Salah satu yang paling mengkhawatirkan adalah rusaknya jalan sepanjang 6 km ke TPA Sarimukti yang telah tidak layak pakai. Bandung tinggal menunggu saat ber-bau ria!

Tertarik dengan program yang diketengahkan oleh Mustika FM, aku menunggu jawaban dan opini apa yang diberikan oleh para pendengar Mustika FM. Aku mengangguk setuju ketika tahu bahwa sebagian besar opini yang muncul setuju bahwa masyarakat Bandung memang tidak peduli dengan kebersihan kotanya.

Sebagai contoh, ketika aku bermobil di belakang sebuah mobil bagus di Jalan Sorkarno Hatta beberapa waktu yang lalu, dari jendela mobil tersebut, tiba-tiba melayang botol Aqua hingga mengenai kaca mobilku. Jika melihat jenis mobilnya, orang yang mengemudikannya tentu bukan orang kampung. Tetapi, kelakuannya sangat kampungan.