24 April 2008

HIMATEK untuk Masyarakat

Dalam kegiatan Dies-nya beberapa saat yang lalu, HIMATEK menyelenggarakan kegiatan sosial, "HIMATEK UNTUK MASYARAKAT". Salah satu karya yang diberikan adalah dengan memberikan penyuluhan tantang bagaimana cara membuat kompos dari sampah organik yang berasal dari rumah tangga. Dalam kesempatan itu, beberapa unit komposter dibagikan kepada masyarakat. Tentu, kerja ini tidak sampai di situ saja, tetapi mahasiswa melakukan monitoring berkala dan memberikan supervisi selama waktu tertentu tentang proses pembuatan kompos ini. Diharapkan, dengan demikian masyarakat tidak lagi membuang sampah organik ke tempat pembuangan sampah. Kegiatan ini secara langsung dapat mengurangi volume sampah yang dibuang. Penyuluhan pembuatan kompos ini dilaksanakan di Kelurahan Dago, Bandung.

22 April 2008

Himatek untuk Masyarakat

Foto bersama ketika anak-anak Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEK) ITB melakukan penyuluhan pembuatan kompos di Kelurahan Dago, Bandung.

Speechless!

Sampah yang membludak di sepanjang jalan Raya Lembang menuju ke Tangkuban Perahu ini sangat memalukan. Bukan hanya karena daerah ini adalah daerah tujuan pariwisata, tetapi juga karena tidak pantas.
Sampah ini mengonggok begitu saja di pinggir jalan, lalat menyebar ke mana-mana. Anehnya, rumah makan yang letaknya di dekat lokasi sampah ini, tetap saja penuh oleh pengunjung.
Speechless!

Komposter Full AC

Kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah, di lingkungan kita tinggal maupun di lingkungan kita bekerja, secara terbatas, sudah mulai dirasakan. Di belakang gedung Labtek X, Program Studi Teknik Kimia ITB tampak dua buah komposter berbentuk kerucut, terbuat dari kawat kasa berlubang-lubang, terpasang di tengah-tengah sebidang tanah yang penuh dengan pepohonan. Dua buah komposter itu dirancang sedemikian rupa sehingga proses aerasi akan berlangsung dengan sangat baik, semacam komposter full AC. Setiap pagi, sampah organik, daun-daunan, ranting, yang dikumpulkan oleh petugas kebersihan di Program Studi Teknik Kimia ITB, dimasukkan ke dalam komposter ini. Jadi, yang dibuang ke tong sampah adalah sampah plastik, gelas dan sampah lain yang tidak membusuk.
Pada bagian atas Komposter ini terdapat lubang kecil tempat memasukkan sampah organik. Tidak ada perlakuan spesifik yang diberikan kepada komposter ini. Air hujan akan turun dan sebagian kecil dari air tersebut akan membasahi sampah yang membusuk di dalam. Udara akan masuk ke media yang sedang membusuk dengan mudah karena memang komposter ini dibuat dari kawat kasa. Ke dalamnya tidak ditambahkan bakteri pembusuk, atau yang sejenisnya. Bakteri pembusuk dibawa secara alami oleh sampah yang ditaruh di sana. Karena bagian bawah kerucut ini berlubang, maka sampah kontak langsung dengan tanah, sehingga cacing tanah akan ikut membantu pembusukan di dalam komposter.
Konsep yang sangat sederhana, hanya mengandalkan kekuatan alam. Asyik!

14 April 2008

Pesan dari Pasar Balubur


Bukan tidak kebetulan karena Pasar Balubur dekat dengan ITB, sehingga suara ini juga datang dari Pasar Balubur. "Sukseskan PLTSa Gede Bage Dari Pasar Balubur Bandung" beberapa saat yang lalu menghiasi dinding bagian luar pasar ini yang menghadap ke Jalan Taman Sari. Sehingga setiap orang yang meliwati jalan ini, pasti akan dapat membaca pesan ini.

Aku yang kebetulan sedang membeli cartridge printer HP LaserJet 1300 sempat bertanya-tanya dengan sipenjual printer.

"Bang (kebetulan si penjual orang Sumatra Utara), Abang tahu apa itu PLTSa?"

"Mmmm.... (ragu-ragu) Pembangkit Listrik Tenaga Sampah?"

"Benar Bang! Abang tau di mana PLTSa itu akan dibangun?"

"Katanya sih di Gede Bage Mas, tapi tepatnya aku tak tahu..!"

"Abang tau apa artinya Global Warming?"

"Apaan tuh?"

"Abang tau apa itu dioxin?"

"Buset, apa pula itu?"

"Abang tau apa itu emisi gas buang?"

"Waduh mas, kalo bahasa-bahasa tinggi macam itu, tak taulah aku!"

"Ya udah..."

Dan hebatnya kenapa mereka bisa teriak bilang setuju dengan PLTSa? Karena memang mereka tidak bisa melihat dengan jelas apa yang akan terjadi pada kota Bandung ini, pada beberapa tahun mendatang, akibat dari emisi gas buang dari incenerator yang memenuhi kota ini. Mereka tidak akan pernah bisa membayangkan bagaimana kualitas hidup kita, kualitas hidup anak-cucu kita, di kota ini kelak.

Pilah Sampahmu!!

Perhatian saya tiba-tiba ditarik oleh sebuah kalender berukuran A1 yang tergantung di Kantor Tata Usaha Program Studi Teknik Kimia ITB. Kalender yang dipenuhi oleh warna-warna pastel yang sangat menarik. Di bagian atas tertulis huruf besar yang mencolok mata: "Pilah Sampahmu!!". Masing-masing bulan pada kalender itu digambarkan sebagai sebuah unit pemroses sampah dari sampah basah hingga menjadi kompos, bahan gelas dan kertas. Himbauan untuk memilah-milah sampah dilengkapi dengan ilustrasi yang menarik dan mendidik. Sebuah kreasi yang sangat bernilai, bukan hanya dari sudut estetika, tetapi juga dari sudut pembelajaran masyarakat betapa sampah dapat menjadi masalah besar jika kita tidak menghiraukannya. DI bagian bawah, aku melihat bahwa master piece ini dibuat oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan ITB.

Take Action: No Incineration!

No Incineration.
At least 1,500 people wearing "Tolak PLTSa" (Against PLTSa) attend the community forum organized by the People’s Alliance against Waste-to-Energy plant at the Griya Cempaka Arum, Bandung, Indonesia last December 3, 2007 in conjuction with the Civil Society Forum climate justice campaign and the Global Day of Action Against Waste and Incineration. (Photo by Gigie Cruz/GAIA)

PLTSa lagi...

Just for your information...

Sosialisasi Studi Kelayakan PLTSa Bandung
BANDUNG, itb.ac.id – Tim studi kelayakan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) kota Bandung dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITB, Jumat (1/1) kemarin di LPPM, CCAR ITB lt.5, mensosialisasikan hasil studi kelayakan PLTSa tersebut kepada civitas dosen ITB. Dalam sosialisasi yang berlangsung singkat tersebut, Tim studi kelayakan (’feasibility study’/FS) diwakili oleh Dr. Ari Darmawan Pasek dalam membawakan presentasi tentang hasil studi kelayakan tersebut....

Blogger susah diakses dari ITB.

Sejak tahun lalu, Blogger susah sekali diakses dari ITB. Setiap aku berusaha mengakses situs ini, aku selalu dilempar kesana kemari, terkadang hang dan benar-benar tidak bergerak. Bukan itu saja. Setiap kali aku bisa mengakses situs ini, dan mulai menulis, aku selalu gagal menginsert gambar di tulisanku, yang membuat aku kadang-kadang geram sendiri.

Entah, aku sedang pikir-pikir mau pindah rumah...