05 June 2006

Dana Pengelolaan Sampah di Bandung

Salahnya di mana sih? Kemarin aku berbincang-bincang dengan Pak Tatang Hernas Soerawidjaja (Prodi Teknik Kimia ITB) tentang filosofi pengelolaan sampah di Bandung yang amburadul. Seharusnya, PD Kebersihan kembali dijadikan Dinas Kebersihan saja. PD Kebersihan adalah bentuk ketamakan dan salah kaprah dari sistem pengelolaan sampah di Bandung. Mengapa? Bentuk perusahaan daerah seperti PD Kebersihan (yang nota bene, komisarisnya adalah Walikota!) memang berbasis keuntungan. Padahal, menurut Pak Tatang, mengelola sampah itu pasti rugi.

Dari yang disampaikan oleh Pak Subagjo (Prodi Teknik Kimia ITB), aku malah sempat berhitung-hitung, hanya Bandung yang punya PD Kebersihan yang dapat untung besar. Dana yang bisa terkumpul dari retribusi sampah yang Rp 5000,- setiap bulan per KK itu sangat melimpah, tetapi Pemkot tidak melakukan apa-apa.

Dan, Pikiran Rakyat hari ini mengetengahkan bahwa Bappenas siap menganggarkan dana yang cukup besar jumlahnya untuk biaya pengelolaan sampah di Bandung. Ouch!. Kerancuanpun mengemuka. Simaklah:

Menurut Paskah, Bappenas siap untuk membantu pendanaan bila memang diminta bantuan. "Apalagi, saya sudah mendapat perintah dari presiden dan wapres untuk membantu penyelesaian sampah di Bandung. Sebagai warga Bandung, saya malu karena tiga menteri strategis yakni Meneg PPN/Kepala Bappenas, Menteri Negara LH, dan Menristek adalah warga Bandung," kata Paskah. Ia menjelaskan, kalaupun ada permintaan, masih ada masalah yakni pengelolaan sampah di Bandung saat ini sudah ditangani oleh perusahaan daerah (PD) atau badan usaha milik daerah (BUMD), bukan oleh dinas.
"Kalau mau meminta bantuan APBN atau pinjaman dari luar, bisa saja kita carikan tapi PD Kebersihan harus diaudit dulu, dia harus tunjukkan neraca yang baik," ujarnya.

Hancur lebur berantakan! Memang, para aparat kota saat ini HARUS, dan mau tidak mau, mengenyampingkan arogansi dan mulai terbuka pada pendapat kalangan lain, seperti universitas dan LSM. Dalam tulisanku beberapa waktu yang lalu, terkuak kenyataan bahwa aparat kota sama sekali tidak berupaya untuk mencari solusi pengelolaan sampah di kandangnya sendiri. Seorang pakar lingkungan dan pemerhati tanah Parahyangan yang berasal dari kalangan akademisi, Pak Mubiar Purwasasmita, mengaku bahwa ia telah bosan berbicara dengan pihak pemerintah yang selalu tidak mau berkompromi dengan tautan cerdas yang diungkapkannya. Padahal, kalau saja studi fenomenal tentang SRI yang digalakkan oleh Pak Mubiar yang telah berhasil di berbagai daerah di Jabar itu dapat diadaptasi oleh Bandung, Bandung tidak perlu merengek-rengek ke Bappenas untuk memperoleh alokasi dana pengelolaan sampah!

Siapa Bilang Kami Memble?

"Siapa bilang kami emmble?", itu kira-kira pesan yang dihembuskan oleh civitas akademika ITB di Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis, Program Studi Teknik Kimia ITB berkenaan dengan teknologi pengelolaan sampah. "Tidak ada yang salah dengan pengusaan teknologi. Yang ada, gagasan yang muncul tidak selalu membuat aparat kota happy." Memang, ketika aku hadir di seminar intern laboratorium di sana, seorang mahasiswa bahkan memberikan presentasi tentang pengelolaan sampah kota menjadi bahan bakar dengan teknologi pirolisis. "Kita bisa kok menguasai teknologi seperti ini. Hanya kepercayaan yang tidak pernah kami dapatkan.", kata mereka. Bahkan Pak Mubiar Purwasasmita mengatakan, bahwa ia telah bosan berbicara tentang teknologi pengolahan sampah dengan aparat Kota Madya Bandung. Semua sumbangan pikirannya dianggap lucu. Padahal, diam-diam, secara mandiri dan sendiri-sendiri, beberapa staf akademik dan non-akademik telah membuat reaktor kompos sendiri dan memanfaatkannya di lingkungannya masing-masing. Tentu, dengan kesadaran bahwa, dengan daya yang seadanya, hasilnya juga seadanya.
Sering kali aku melihat teknisi bengkel Program Studi Teknik Kimia tengah sibuk membuat reaktor kompos yang dibuat dari drum PVC sederhana. Drum yang disulap sedemikian rupa menjadi reaktor kompos telah tersebar di berbagai tempat di Bandung. Memang langkah sporadis ini tidak (atau belum) efektif menjangkau titik perubahan sikap yang diharapkan bagi masyarakat Bandung. Namun, jika Pemkot tidak berbuat apa-apa, apakah kita akan diam saja? Jawabnya, TIDAK. Ada yang bilang, ITB memble. Melihat aktivitas ini dengan mata kepalaku sendiri, seakan-akan ITB menjawab, "Siapa Bilang Kami Memble?"

01 June 2006

Wawasan: Sampah Bandung

  • Sampah Kota Bandung Belum Tertangani :: Liputan6.com, Bandung: Janji Wali Kota Bandung Dada Rosada untuk mengatasi masalah sampah menjelang peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) 20 Mei mendatang tampaknya tak terpenuhi. Tumpukan sampah masih menghiasi hampir setiap sudut Kota Bandung, Jawa Barat. Padahal acara tersebut bakal dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
  • Solusi Penanganan Sampah di Kota Bandung :: Masalah sampah di Bandung udah ga aneh.
  • Pengolahan Sampah di Rumah, Bandung vs Jepang :: Masih.. masih Bandung masih eksis! belom.. belom terkubur waste dirinya sendiri.
  • Sampah Bandung euy! :: Seperti yang gue dengar dan baca beritanya, waktu pulang libur weekend kemarin akhirnya gue melihat-membaui-mengalami sendiri bagaimana parahnya masalah sampah yang terlantar di kota Bandung.
  • Sampah [bandung] :: Sampah..sampah..sampah..
  • Bau Bandung :: Hari ini sepanjang jalan dari rumah ke tempat kerja, jalanan penuh oleh asap. Ini bukan kabut asap apalagi kebakaran gede, tapi salah satu usaha masyarakat buat ngurangin jumlah sampah yang kian hari kian numpuk aja.
  • Bandung Lautan Sampah :: Sekitar satu setengah bulan yang lalu mengunjungi Kota Bandung, sampah memang sudah terlihat menggunung pada tempat-tempat yang saya perhatikan: Pasar Cikudapateuh dan depan Kebun Binatang.
  • Bandung Lautan Sampah :: memang sebutan yang pas banget buat kota Bandung saat ini soalnya dimana-mana yang terlihat cuma sampah busuk yang sudah menggunung....
  • Bandung Lautan Sampah :: Saat ini, hampir pada setiap ruas jalan di Bandung, kita akan menemukangundukan-gundukan sampah yang sedikit demi sedikit menggunung.
  • Bandung, Kota Kembang atau Kota Sampah? :: Ketika kita masuk dikawasan Bandung hampir di setiap gerbang kota tertulis ”Selamat Datang di Kota Kembang” atau ”Bandung Bermartamabat” bersih, taat, makmur, dan bersahabat.
  • Masalah Sampah di Bandung :: Masalah sampah yang menggunung di kota Bandung terulang kembali! Sampah menumpuk dimana-mana. (Saya tidak tampilkan fotonya karena bisa bikin mual.) Alasannya karena tidak ada tempat pembuangan sampah akhir. Lah, kok kota lain bisa? How come?
  • Duuh ya :: Hari sabtu lalu sewaktu Pak Presiden dtg ke Bandung, beliau melihat bahwa di bbrp tmpt di Bandung msh terdapat tumpukan sampah. kemudian beliau ngasih ultimatum kpd Pak Walkot Bandung Dada Rosada buat ngebersihin semuanya dlm wkt 3 hari.
  • Bandung with garbage in :: Eh eh. itu kan dulu, sekarang Bandung itu kota sampah karena dimana-mana banyak sampah. Yang ada sekarang di pinggir jalan adalah gunungan sampah.
  • Runtah :: Liburan panjang di Bandung kali ini diwarnai pemandangan yang kurang enak di mata. Sampah di mana-mana dan menggunung pula, dan yang paling mengganggu, tentu saja baunya itu.
  • Bandung lagi musim apa sih? :: Tapi yang jelas sekarang di bandung lagi ‘musim’ sampah. Duh, bandung-ku tercinta. Menyedihkan deh pokonya.
  • From Bandung with Sampah :: Kebersihan adalah sebagian dari iman. Melihat kota Bandung yang tercinta ini dipenuhi timbunan sampah membusuk di mana-mana, sungguh sangat mengganggu mata dan yang pasti bau!
  • Sampah oh Sampah :: yang ke bandung jangan heran yah klo ada karung-karung berserakan di tepi jalan, itu bukan sisa sembako-sembako yang akan dibagi, itu adalah S A M P A H, yang katanya sedang dipusingkan untuk diletakkan dimana.. :(

Sporadis

Penyelesaian sporadis yang akhirnya dianut oleh Pemkot/Pemda Bandung Raya untuk mengatasi masalah sampah, akhirnya tampak tidak selalu manjur bagi sebagian masyarakat. Sebagian kota masih dipenuhi sampah yang hingga saat blog ini ditulis, masih mengganggu hati nuraniku.
Onggokan sampah yang memakan sebagian jalan Cilember, sebuah jalan protokol yang menghubungkang Cimahi dan Bandung, belum tersentuh. Sampah dan bau masih di sana. Air kotor hasil dekomposisi sampah tergenang dan mengotori mobil dan sepeda motor yang liwat.
Memang tidak mudah, walaupun itu hanya merupakan penyelesaian sementara. Baru sekitar 4790 m3 sampah yang terangkut, dari total 20000 m3 sampah yang menumpuk di berbagai TPS.
Keadaan di lokasi lainpun tampaknya tidak berbeda. Tengok tumpukan sampah di Jalan Taman Sari, persis di belakang ITB, yang berceceran di pinggir jalan, tak tersentuh. Atau dua TPS di Jalan Gunung Batu yang semakin lama semakin kewalahan menampung sampah yang terus mengalir ke TPS ini. Jika dalam waktu dekat sampah di lokasi ini tidak diangkut, dikhawatirkan sampah yang terus berdatangan ke dua TPS ini akan berceceran di pinggir jalan, yang pada gilirannya nanti tentu berakibat buruk bagi lingkungan sekitarnya.

Pengomposan adalah solusi terbaik dan manusiawi. Percayalah!