30 March 2007

Apakah ITB Peduli Sampah?

Gambar ini aku ambil beberapa waktu yang lalu, persis di depan kantor Rektorat ITB.

26 March 2007

Sampah Bandung dalam Berita

  • Ahmadinejad dan Sampah Bandung - Bulan Mei lalu dua peristiwa istimewa terjadi di Indonesia yaitu kunjungan Presiden Iran Ahmadinejad dan sampah Bandung yang sudah berbulan-bulan tidak dibersihkan.
  • Sampah, Pekerjaan Rumah Pemerintah Kota Bandung - Lambat laun Kota Bandung, Jawa Barat, mulai dikenal sebagai kota sampah. Soalnya sejak tempat pembuangan akhir sampah di Leuwigajah, Bandung, ditutup, banyak sampah menumpuk dan tak terangkut di sejumlah tempat.
  • Pro-Kontra: Pembangkit Listrik Tenaga Sampah di Bandung - Masalah pengelolaan sampah masih menghantui Bandung. Kali ini, rencana sebuah proyek WTE (Waste to Energy atau sampah jadi energi) berupa pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTS) di dekat salah satu lingkungan pemukiman di Gedebage, Bandung Timur, ditolak oleh warga setempat.
  • Bandung Siap Impor Sampah - Pemerintah Kota Bandung kemungkinan besar akan “mendatangkan” sampah dari luar wilayah Kota Bandung. Hal itu dilakukan untuk menutupi kekurangan bahan baku sampah yang akan diolah dalam pabrik pengolahan sampah menjadi energi listrik (waste to energy) di Kel. Mekarmulya, Kec. Rancasari Kota Bandung.
  • Sampah Kembali Menjadi Masalah di Kota Bandung - Sampah kembali menumpuk di sejumlah jalan di Kota Bandung, Jawa Barat. Sampah yang menggunung hingga tiga meter ini sudah berlangsung sejak sebulan silam.
  • Workshop Kelayakan Sampah Kota Bandung sebagai Bahan Bakar Pembangkit Listrik - Hari Rabu, 7 Februari 2007 tiba–tiba kampus ITB diwarnai oleh bapak–bapak dan ibu–ibu berseragam coklat muda khas pegawai Pemerintah Kota (Pemkot). Rombongan Pemkot ini rupanya hadir untuk mengikuti “Workshop Kelayakan Sampah Kota Bandung sebagai Bahan Bakar Pembangkit Listrik” di ruang Auditorium Campus Center Timur pukul 09.00–13.00 WIB. Workshop ini diselenggarakan oleh Pusat Rekayasa Industri LPPM ITB dan Pemerintah Kota Bandung.

Pelatihan Pengomposan di HIMATEK ITB

Agak terlambat untuk menuliskan ini, memang, tetapi kegiatan ini harus kutuliskan. Waktu-waktu yang hilang, aku harapkan akan kembali lagi, dan terisi kembali dengan determinasi mahasiswa yang tidak akan pernah hilang.
Persiapan kegiatan "HIMATEK untuk Masyarakat" yang telah dicanangkan itu telah nampak di pertengahan Oktober 2006. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan pembelajaran Warga Cisitu Bandung dalam Pengelolaan Sampah Sumah Tangga melalui pengomposan.
Reaktor-reaktor telah disiapkan. Mahasiswa telah direkrut, dan pelatihan terhadap calon instruktur-pun dimulai. Memanfaatkan ruang-ruang luas di koridor LABTEK X Prodi Teknik Kimia, anak-anak berselonjor dan memulai kegiatan pelatihan pengomposan.

20 March 2007

Pengelolaan Sampah di TK1201 Prodi Teknik Kimia ITB

Permasalahan sampah di kota Bandung aku kemukakan dalam Ujian Tengah Semester Teknik Kimia ITB pada hari ini, 20 Maret 2007:

Tahun lalu, untuk beberapa waktu Bandung memiliki masalah sampah akibat dari penutupan beberapa Tempat Pembuangan Akhir Sampah di kota Bandung. Akibatnya seluruh pelosok kota Bandung penuh dengan sampah yang mengotori lingkungan. Sebagai Sarjana Teknik Kimia, anda harus memiliki visi untuk mengantisipasi agar masalah ini tidak terulang lagi. Dari penelitian awal, diketahui bahwa 78% sampah terdiri dari sampah organik, 11% sampah plastik, dan sisanya kertas dan gelas.
Elaborasi langkah-langkah fundamental pemecahan masalah ini. Untuk setiap langkah, berikan contoh yang diambil dari masalah sampah di atas.

Mahasiswa dibiarkan untuk mengembangkan kreatifitasnya dan visinya dalam menjawab masalah yang dialaminya sendiri. Terjadi sebuah diskusi mandiri yang hidup dan terelaborasi dalam jawaban-jawaban kritis yang sebenarnya merupakan angin segar dalam mengejawantahkan pentingnya proses daur ulang sampah. Kesadaran diri dan idealisme mahasiswa terlihat dari jawaban-jawaban terstruktur yang diberikan. Salah satu contoh jawaban itu adalah sbb:

  1. Definisikan Masalah. Terjadi penimbunan sampah di kota Bandung akibat penutupan berbagai TPA di kota Bandung yang menyebabkan kota Bandung menjadi kotor. Dapatkah Bandung membangun sebuah sistem pengolahan sampah terpadu, murah, dan melibatkan seluruh komponen masyarakat Bandung yang sustain?

  2. Kembangkan Solusi-solusi yang Mungkin. (1) Menimbun sampah di daerah lain; (2) Membangun sebuah unit insenerator sampah, untuk membakar sampah dan menghasilkan energi; (3) Pisahkan sampah organik, dan ubah menjadi kompos; (4) Ubah sampah plastik menjadi bahan baku fuel;

  3. Evaluasi dan Urutkan Solusi-solusi tersebut. Solusi (1) baik untuk jangka pendek, tetapi tidak untuk jangka panjang. Disamping itu solusi ini mahal dan tidak menyelesaikan masalah mendasar. Solusi (2) memerlukan biaya investasi yang mahal untuk membuat unit insenerator. Solusi ini sebaiknya dihindari karena dapat memberikan dampak buruk yang lain, yaitu pencemaran udara yang masif. Solusi (3) dan (4) merupakan solusi terbaik yang implementasinya dapat dilakukan secara konsekutif. Yang paling penting solusi ini adalah solusi yang paling murah, sehat, dan dapat mengikut-sertakan masyarakat secara luas.

  4. Kembangkan Detail untuk Solusi Terbaik. Agar solusi ini dapat berjalan dengan baik, perlu ada perencanaan dan perancangan detail unit operasi, seperti misalnya unit (bio)reaktor kompos. Perencanaan harus disertai dengan rancangan sosialisasi kepada pihak-pihak terkait, sosialisasi kepada masyarakat. Perlu dilakukan perencanaan pelatihan pengomposan pada masyarakat.

  5. Evaluasi Kembali Rencana tsb. Pada tahap ini, harus telah ada grand design tentang pengembangan kapasitas dan kapabilitas masyarakat untuk mengolah sampah.

  6. Implementasikan Rencana.

  7. Cek Hasil Implementasi. Dalam tahap ini, harus ada umpan balik untuk melakukan perbaikan bagi implementasi lanjutan dan pengembangannya.

Ciamik!

19 March 2007

Warga Cisitu: Pilot Project Pengomposan HIMATEK

Karena kesibukanku yang luar biasa sejak akhir tahun 2006 hingga saat ini, untuk sementara aku tidak akan menulis secara reguler di sini. Namun itu tidak berati aku melupakan masalah sampah Bandung begitu saja. Dalam melakukan perencanaan sosialisasi pembuatan kompos kepada masyarakat oleh HIMATEK ITB, Efrat dan Diah kadang kala datang ke kantorku, melaporkan dan mendiskusikan kemajuan yang dialami oleh tim HIMATEK dalam mempersiapkan aksi mereka. Di awal bulan Oktober mereka menaympaikan kepadaku bahwa mereka memilih masyarakat Cisitu RW 11, Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong sebagai obyek garapan mereka. Banyak alasan mengapa mereka memilih daerah ini sebagai lokasi aksi pilot ini. Pertama, tentu karena lokasinya yang dekat kampus ITB, sehingga mahasiswa akan dengan mudah melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan mereka. Kedua, di daerah ini sebagian besar rumah memiliki halaman yang relatif luas sehingga merupakan sasaran ideal bagi pembelajaran pembuatn kompos. Tidak terbayang memang, jika masyarakat yang menjadi sasaran adalah masyarakat perumahan yang tidak memiliki halaman.

Di awal Oktober 2006, proses rekrutmen telah dimulai. Animo mahasiswa Program Studi Teknik Kimia ITB untuk mengusung acara ini tidak mengecewakan. Memang, aku dan Pak Subagjo pernah berbicara pada mahasiswa bahwa yang penting adalah menciptakan critical mass yang dapat menjadi agen pelopor kegiatan. Yang menggembirakan adalah, sebagian dari mereka yang direkrut adalah mahasiswa angkatan 2006! Rangkaian kegiatan dimulai dengan membuat reaktor kompos di Bengkel Logam Prodi Teknik Kimia ITB. Sejumlah 20 reaktor dipersiapkan. Tidak banyak memang.

Spanduk yang dipasang ternyata membawa dampak luar biasa. Banyak pihak yang mendatangi HIMATEK dan menanyakan informasi tentang kegiatan ini. Mahasiswa dari ITB dan luar ITB datang menanyakan bagaimana teknik pembuatan kompos yang ditawarkan oleh HIMATEK. Pihak-pihak lain, seperti masyarakat dari RW/Kelurahan lain juga pernah datang dan menanyakan tentang mengapa kegiatan ini tidak dilaksanakan di tempat mereka. Aku senang mendengar bahwa kegaiatn ini mulai bergaung. Aku sadar bahwa hal ini sudah pasti merupakan pemicu semangat anak-anak untuk mulai bekerja.

Bandung Kembali Bersampah?

Sejak seminggu yang lalu, sampah kembali menumpuk di berbagai lokasi di kota Bandung. Walaupun tidak banyak, aku melihat penumpukan samaph ini sangat signifikan. Aku belum tahu, apa sebenarnya yang terjadi. Aku akan mengetahuinya, sebentar lagi.

17 March 2007

Hujan Lumpur

Hujan lumpur!, begitu teriak seorang ibu dari belakang sepeda motor yang dikemudikan suaminya. Saat itu, aku sedang berusaha untuk menyeimbangkan sepeda motorku, yang baru saja kubeli sebulan yang lalu, melewati aliran lumpur deras di bawah jembatan Cimindi. Jalur itu adalah jalurku sehari-hari yang selalu kulalui dari rumah ke kantor, dan sebaliknya.

Hujan yang deras, yang berkelanjutan setiap hari, membawa nuansa tersendiri bagi para pengendara motor. Gorong-gorong yang sempit di sekitar jalan Gunung Batu terpaksa memuntahkan lumpurnya ke jalan, sehingga celana panjang yang baru saja kucuci harus masuk tempat cucian lagi.

Fuif!

16 March 2007

HIMATEK untuk Masyarakat

Sudah lama aku ingin menuliskan cerita ini, namun karena kesibukanku, aku tunda hingga hari ini. Akhirnya, sebuah proyek kecil dibuat dan siap untuk dijalankan. Dua buah spanduk sederhana terpampang di sekitar LABTEK X, Institut Teknologi Bandung di akhir tahun 2006. Di spanduk itu tertulis, “HIMATEK Untuk Masyarakat” melafalkan sebuah makna sederhana yang memberitahu masyarakat akademik sekitar bahwa Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia ITB ternyata bisa berbicara menyambut masalah sosial yang mengemuka di sepanjang tahun 2006; sampah.

Di bulan Oktober 2006, anak-anak yang bersemangat itu melakukan persiapan masif dalam mempersiapkan segala infra struktur yang dibutuhkan. Sumbangan dana seadanya dari Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis, TK-ITB, tampaknya mampun memacu semangat mereka. Reaktor-reaktor pengomposan kecil disiapkan, penyuluh-penyuluh dibina, strategi ampuh direncanakan, mereka siap tempur. Pada berbagai kesempatan, beberapa di antaranya, seperti Efrat dan Diah, menemuiku, berdiskusi tentang segala sesuatunya. Pak Subagjo memberi saran-saran dan mendorong dari balik layar. Mbak Melia seperti biasanya menyemangati, dan menjadi corong Lab TRK ketika melakukan pembicaraan Lab TK. Aku mendesiminasikan semangat yang terekam di sela-sela kuliahku. Mereka siap beraksi.