30 December 2005

PD Kebersihan Kota Bandung Tidak Realistis

Tarif Kebersihan Bakal Naik

Belum lagi masalah sampah dan kebersihan di Kota Bandung beres, Awan Gumelar, Direktur Utama PD Kebersihan Kota Bandung mengumumkan bahwa tarif retribusi sampah akan dinaikkan pada tahun 2006. Alasan klasik yang dikemukakanpun sama sekali aneh. Awan menilai retribusi sampah yang Rp 3000 - Rp 4500 perbulan itu terlalu kecil. Katanya, masih banyak pihak yang tidak membayar retribusi sampah ini.

Nah, jika itu masalahnya, mengapa solusinya justru menaikkan tarif retribusi sampah? Langkah realistis dan elegan justru adalah mengupayakan bagaimana agar pihak-pihak yang saat ini tidak membayar retribusi sampah, mau melaksanakan kewajibannya untuk membayar retribusi sampah. Apalagi jika presentase para pemangkir ini ternyata cukup besar. Dari 1400 mitra penagihan, hanya 200 mitra saja yang beroperasi! Duh.

Sosialisasi Perda K3

Ketika aku liwat jalan Pasteur, persis di perempatan sebelum masuk ke Gerbang Tol Pasteur, kulihat papan besar yang bertuliskan informasi tentang Perda K3. Pada papan informasi tersebut disebutkan bahwa denda sebesar Rp. 5.000.000,- akan dikenakan pada siapa saja yang membuang sampah sembarangan dan merokok di tempat umum. Sosialisasi Perda K3 sudah mulai dilakukan. Namun apakah tindak lanjut penegakan Perda ini akan dilakukan? Kita tunggu, dan kita awasi.

28 December 2005

SKB Sampah Ditandatangani

Karena ini berita penting, seluruh text saya tayangkan di sini. Tentu, tanpa ijin dari PR ;-).

BANDUNG, (PR).-Untuk mengatasi permasalahan sampah di Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Cimahi, Garut, dan Sumedang, pada Selasa (27/12) siang kemarin, telah ditandatangani Surat Keputusan Bersama (SKB) pembentukan wadah pengelolaan sampah bersama di ruang rapat basement Gedung Sate.

Kesepakatan bersama ini berdasarkan acuan kesepakatan pengelolaan sampah bersama yaitu SKB kerja sama pengembang dan pengelola infrastruktur wilayah metropolitan Bandung pada 13 Juli 2004, dan nota kesepahaman 7 Maret 2005 tentang pengelolaan sampah di metropolitan Bandung. Selain itu, juga berdasarkan SK pembentukan tim Perumus Greater Bandung Waste Management Coorporation (GBWMC) pada 13 Mei 2005, dan kesepakatan dalam tim perumus pembentukan GBWMC.

Menurut Wakil Gubernur Jawa Barat, Drs. H. Nu'man A. Hakim, tujuan pembuatan SKB antar provinsi dan kabupaten/kota ini adalah untuk mempercepat proses pengelolaan sampah bersama, terkait mengenai pendirian GBWMC. Ia juga menuturkan bahwa permasalahan sampah ini memerlukan keterlibatan semua pihak. “Hal ini pada dasarnya memang kewenangan daerah otonomi. Namun, sampah ini memerlukan keterlibatan semua pihak maka diperlukan kerja sama dan keterlibatan dalam bentuk kesepakatan di tingkat korporasi,” kata Nu’man.
Nu’man juga mengatakan bahwa pertemuan ini juga dimaksudkan untuk menentukan tempat dan prosesnya seperti apa. “Ini baru tahap awal. Januari depan diharapkan akan ada badan usahanya. Empat bulan mendatang diharapkan ada penanganan yang bagus,” ujarnya.
Senada dengan Nu’man, Wali Kota Bandung, H. Dada Rosada mengatakan bahwa hal ini merupakan program pemerintah provinsi dalam rangka penanganan sampah regional, gabungan untuk tempat dan pengelolaannya.

Awal pembentukan pengelolaan sampah bersama ini dititikberatkan pada pengelolaan TPA (tempat pembuangan akhir). TPA wilayah Barat dan wilayah Timur. Sesuai dengan bahan yang didapatkan “PR”, pembangunan ini diprioritaskan pada pembangunan TPA di wilayah timur. Baik secara fisik, administrasi, maupun sosial ekonomis karena TPA wilayah Timur lebih memiliki kelayakan dibandingkan dengan wilayah Barat.

Untuk sistem pengolahan sampahnya sendiri, dari hasil studi kelayakan didapatkan bahwa dalam 10-15 tahun pertama teknologi di TPA secara teknis dapat dikatakan paling layak. Dikaitkan pula dengan kemampuan ekonomi masyarakat di Metropolitan Bandung, antara lain sistem sanitary landfill, composting, dan daur ulang. TPA nantinya juga akan dilengkapi dengan sistem penampungan antara (SPA).

TPA darurat

Untuk mengantisipasi penumpukan sampah di Kota Bandung pascapenutupan TPA Jelekong akhir bulan ini, pemkot masih melakukan pembicaraan dengan Pemkab Bandung, Sumedang, dan Garut.

“Untuk tempatnya, kalau tidak Sumedang, Garut, ya Kabupaten Bandung,” ujarnya.
Ia juga mengatakan bahwa pemkot dalam waktu dekat akan mengajukan surat kepada Bupati Garut, meminta agar tempat pembuangan sampah Garut diizinkan untuk dipergunakan dalam beberapa hari.

Selain itu, pada Selasa (27/12) pemkot bersama dengan Pemkab. Bandung meminta rekomendasi dari Menteri Lingkungan Hidup, bahwa dalam keadaan darurat bisa diberikan izin untuk melakukan pembuangan tanpa analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) untuk sementara waktu. “Jika sampai 1 Januari surat rekomendasi tersebut belum ada, paling sampah menumpuk di depan-depan rumah kita dulu. Sementara mau membuang ke mana? yang pasti di TPS menumpuk. Tapi, kita juga akan berupaya mengangkut, “ kata Dada .

Sedangkan anggota Komisi C DPRD Kota Bandung, Adang Suhyatna mengatakan bahwa dari pertemuan kemarin dengan Wali Kota Bandung, telah diberitahukan bahwa pemerintah Kota Garut telah siap untuk menampung dan dijadikan tempat pembuangan sampah sementara, dengan catatan pemkot masih berusaha mencari tempat di Kota Bandung.

Menurut dia, awal Januari 2006 nanti TPA Pasir Impun akan diperlebar untuk menangkal tumpukan-tumpukan sampah.

“Sampai saat ini dewan belum pernah bertemu lagi dengan konsorsium sampah, PT Brill sejak penandatanganan MOU,” ujarnya. Ia menegaskan, dirinya optimis bahwa permasalahan sampah ini dapat diatasi melihat upaya-upaya yang dilakukan oleh pemkot. (CW-11/CW-3)***

27 December 2005

Perda K3 akan Disahkan April 2006

Perda K3 akan diberlakukan mulai bulan April 2006. Itu berarti seluruh prangkat hukum dan usaha-usaha untuk melangkah ke sana sudah siap. Aat Safaat Hodijat anggota DPRD Kota Bandung mengatakan bahwa pemberlakuan Perda K3 ini mungkin akan terhambat karena masalah sampah di kota Bandung yang njelimet!

Kendala K3, tidak Ada TPS

BANDUNG, (PR).-Tidak tersedianya sarana tempat pembuangan sementara (TPS) sampah di lingkungan perumahan, menjadi salah satu kendala pelaksanaan Peraturan Daerah No. 3/2005 tentang Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan (K3) yang akan disahkan April mendatang. Karenanya, sudah menjadi kewajiban pemerintah daerah untuk menata dan memperbaiki sarana serta prasarana penunjang, demi terlaksananya pelaksanaan K3 dan mewujudkan Bandung sebagai kota jasa "Bermartabat".

Berita selanjutnya...

21 December 2005

Warga Tolak TPA Citatah

Tampaknya keinginan pemerintah untuk mengalokasikan sampah ke Desa Citatah mendapat hambatan karena penolakan warga. Warga Citatah khawatir bahwa TPA Citatah yang sedang direncanakan untuk dibangun akan mencemari lingkungan di sekitarnya. Terdapat empat buah desa di sekitar TPA Citatah yang harus diperhitungkan ketika pemerintah membangun TPA di lokasi ini.

Warga setempat melayangkan surat penolakan yang ditandatangani oleh 40 tokoh msyarakat kepada DPRD Kabupaten Bandung.

Pikiran Rakyat menuliskan bahwa:

Kota Bandung dan Kota Cimahi telah mengusulkan tiga lokasi untuk dijadikan sebagai TPA alternatif di Desa Citatah. Hal itu diharapkan bisa mengganti TPA Jelekong yang akan berakhir masa penggunaannya 31 Desember ini.

Seorang pejabat teras Pemda sempat nyeletuk bahwa penentuan lokasi TPA tidak memerlukan amdal. Wih! Kontan, seorang anggota DPRD Kab. Bandung bersuara keras.

Secara terpisah, anggota Komisi C DPRD Kab. Bandung, H. Asep Anwar,
memprotes pernyataan salah satu pejabat teras di Kab. Bandung, yang menyebutkan TPA Cipatat bisa digunakan, sekalipun tanpa amdal.

”Saya menyesalkan statemen amdal itu. Padahal, tanpa amdal, pembangunan TPA Cipatat tidak boleh dilaksanakan. Tentunya, pemerintah harus memberikan contoh yang baik soal tertib perizinan. Jangan sampai terulang Kasus Leuwigajah kedua,” katanya.

20 December 2005

Anak-anak dan Komposting

Apa perbedaan anak Indonesia dan anak Amerika? Tidak ada bedanya, kecuali tampak bahwa anak-anak Amerika memiliki begitu banyak waktu luang untuk mengalihkan perhatiannya pada hal-hal berguna, seperti misalnya pengomposan. Dalam sebuah situs, Kids and Composting, anak-anak Amerika diberikan pengalaman berharga, bagaimana mengubah sampah menjadi emas.

Composting is the living recycling process that turns nature's trash into treasure garbage into gold, so to speak. It's catching on throughout the country as a way to reduce garbage output and enhance the health and vitality of the earth's soil.



Sejak dini, anak-anak diberi pengetahuan dan pengalaman bagaimana nikmatnya menjaga unsur hara tanah dan menyelami arti dari zero garbage.

These experiences with the natural world are even more important for youngsters in today's "virtual reality" climate, where childhood threatens to become more and more simulated.

TPA Babakan Ganti TPA Jelekong

TPA Jelekong Ditutup 31 Desember 2005
Soal TPA Babakan Pemkot Tunggu Izin

BANDUNG, (PR).-Pemerintah Kota Bandung masih menunggu izin tertulis dari Pemerintah Kabupaten Bandung soal penggunaan TPA Babakan. Sementara itu, TPA Jelekong akan ditutup total setelah masa pakainya habis pada 31 Desember 2005.

“Sampai saat ini saya belum menerima surat formal dari Bupati Bandung soal izin penggunaan TPA Babakan. Tapi, paling tidak, akhir Januari kami sudah memiliki TPA baru,” kata Wali Kota Bandung Dada Rosada, usai mengikuti upacara 31 tahun PDAM Kota Bandung, Senin (19/12).
Menurutnya, kurun waktu Desember ini digunakan oleh konsorsium PT Bandung Raya Indah Lestari (PT BRIL) untuk kegiatan pembebasan lahan. Dengan sejumlah persiapan, lahan baru tersebut diharapkan dapat digunakan mulai akhir Januari 2006.

Dari tiga alternatif lahan yang dikantongi PT BRIL, menurutnya, pemkot memastikan lahan seluas 10 hektare di Desa Citatah, Kecamatan Cipatat Kab. Bandung. Pembuangan sampah dengan sistem sanitary landfill akan digunakan selagi konsorsium mempersiapkan pembangunan gedung pengolahan sampah.

Berita selanjutnya.

17 December 2005

Kota Kotor Indonesia

Pemerintah mengumumkan 6 kota terkotor di Indonesia. Kota-kota tersebut adalah:

  1. Depok
  2. Tangerang
  3. Palembang
  4. Bandar Lampung
  5. Batam
  6. Bogor

Kalau aku ditanya, for sure, Bandung akan masuk dalam jajaran elite ini.

16 December 2005

Pengomposan: Manusiawi

Seorang teman membuat sebuah unit pengomposan sederhana di halaman rumahnya. Unit pengomposan ini terdiri dari rangka besi yang diselubungi kawat kasa untuk mencegah datangnya lalat dan plastik di bagian luarnya. Bahan yang akan dikomposkan dimasukkan dari bagian atas. Kompos matang bisa diambil dari bagian bawah. Menurutnya, sejak September 3 bulan yang lalu, unit komposternya ini tidak pernah penuh, walaupun komposnya tidak pernah diambil. Pengomposan memang sebuah usaha yang sangat manusiawi, karena selain mereduksi jumlah sampah organik yang dibuang, juga emmaksa unsur hara tanah tidak terbuang percuma.
Berbau? Tidak, karena katanya, proses pengomposan ini tidak akan berbau sepanjang sampah yang dibuang ke dalamnya tidak mengandung tiga hal: daging, tulang dan minyak.

15 December 2005

TPA Liar di Tanah Baru Depok Ditutup

TEMPO Interaktif, Depok:Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Depok, menutup Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Liar yang terletak di Rw 10, Kelurahan Tanah Baru Kecamatan Beji seluas empat hektar yang bersebelahan dengan Perumahan Villa Mutiara Cinere.

Kepala Satpol PP Depok Asep Sumihardja, menyatakan, menutup di TPA liar itu dengan cara membuat papan besar yang betuliskan "TPS Ini Ditutup." Papan dengan ukuran 100 x 50 centimeter itu terpampang di depan pintu masuk TPA yang tertutup pagar seng. "Kami sudah membuat papan itu dan melakukan patroli keliling setiap hari,"kata Asep, Kamis (15/12). Menurut Asep, patroli keliling akan selalu dilakukan untuk mengantisipasi masuknya truk sampah ke TPA liar.

Sampah Bandung: Mampukah TPA Babakan Memikul Beban?

Diambil tanpa ijin dari PR.



PASCALONGSOR TPA Leuwigajah, permasalahan sampah di Kota Bandung seakan tak pernah usai. Penggunaan TPA Jelekong sebagai tempat pembuangan sampah dari ribuan warga Kota Bandung dan Cimahi ternyata tak bertahan lama. Maklum, sama sekali tak ada pengolahan sampah dan ribuan kubik sampah itu hanya ditumpuk begitu saja.

Habisnya masa pakai TPA Jelekong akhir tahun ini melahirkan persoalan baru bagi sampah di Kota Bandung. Masyarakat sekitar TPA Jelekong mengancam akan memblokir jalan menuju TPA jika PD Kebersihan Kota Bandung masih terus melakukan pembuangan sampah ke tempat itu hingga akhir tahun ini. Di sisi lain, gunungan sampah dipastikan akan teronggok begitu saja di tiap sudut Kota Bandung jika tak segera diangkut menuju TPA.

Penanganan sampah di Kota Bandung seakan tak pernah dapat diselesaikan secara paripurna. Rencana pembangunan TPA Citatah lengkap dengan teknologi dan mesin pengolahannya masih juga belum dapat direalisasikan. Padahal, masa pakai TPA Jelekong tinggal dalam hitungan hari.

Munculnya nama TPA Babakan menjadikan tanda tanya besar. Mampukah TPA seluas 10,2 hektare itu menampung sampah dari kota Bandung?

TPA Babakan secara administratif berada di wilayah Desa Babakan Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung. Letak TPA ini berbatasan langsung dengan dua desa di Kecamatan Arjasari. Dengan demikian, dampak dari gunungan sampah ini dirasakan langsung oleh warga di dua kecamatan tersebut.

Terdapat beberapa kampung yang berbatasan langsung dengan TPA itu, yakni, Kampung Cicangri dan Karangwulan (Desa Rancakole, Arjasari), Kampung Pasirangin (Desa Ancolmekar, Arjasari), Kampung Kalebuhanbulan, Cibodo, Lewicariu, dan Lembang (Desa Babakan, Ciparay).
TPA ini memanfaatkan Sungai Legokhantap yang alirannya telah mati dalam sebuah lembah dengan kedalaman sekira 50 meter. Mulai dibangun sekira tahun 1989, namun mulai dioperasikan pada 1990.

Semula, TPA Babakan hanya digunakan untuk membuang sebagian kecil sampah dari wilayah Kabupaten Bandung dan hanya belasan truk yang membuang sampahnya ke TPA ini.
Peristiwa longsornya TPA Leuwigajah melahirkan persolan lain. Buangan sampah dari beberapa daerah di Kabupaten Bandung kemudian dialihkan ke TPA Babakan sejak tahun lalu. Volume sampah yang dibuang ke TPA ini pun melonjak. Dari sekira 16 truk per hari, kemudian melonjak hingga sekira 60 truk per hari.

Jalan menuju TPA Babakan dapat ditempuh sekira 15 kilometer dari Banjaran atau sekira 7 kilometer dari arah Ciparay, melalui jalan berkelok, tak mulus, dan menanjak selebar 3,5 meter.
Samad (45), seorang sopir truk pengangkut sampah mengaku sangat kesulitan mengemudikan kendaraannya saat menuju TPA Babakan. Selain rusak dan sempitnya jalan, jalan raya ini juga cukup ramai oleh warga hingga rawan kecelakaan.

Berbeda dengan TPA Jelekong, areal TPA Babakan ini masih terlihat sangat lengang. Saking lengangnya, sama sekali tak ada mesin pengolah sampah, bahkan bangunan kantor TPA sama sekali.

”Kantornya sih ada, tapi dalam keadaan rusak dan tak pernah ada petugasnya. Beberapa kali kantor itu menjadi sasaran kemarahan warga yang dirugikan oleh keberadaan TPA itu,” kata Yoyo (45), Ketua RW 12 Desa Babakan.

Selama dua minggu terakhir, tengah dilakukan pengurukan di sekitar TPA Babakan seluas 6.200 meter persegi dan akan segera dibangun enam buah bangunan termasuk mesin pemilahan sampah, pengolahan, gedung kantor, dan gudang. Rencananya, keenam bangunan itu akan selesai pada Maret 2006 nanti.

Warga sekitar TPA memang merasa dirugikan karena jalan desa perlintasan mereka sehari-hari penuh lumpur dari sampah yang tercecer dari mobil bak sampah. Belum lagi polusi bau sampah, pencemaran air, rusaknya jalan, hingga serbuan lalat.

Sebagai kompensasi, Pemkab Bandung akhirnya memberikan bantuan dana Rp 3,3 juta untuk Desa Babakan, Rp 3 juta untuk Rancakole, dan Rp 1,2 juta untuk Ancolmekar. Kompensasi ini diberikan setiap tiga bulan dan telah berjalan selama satu tahun terakhir. Karena jumlah nominal kompensasi itu terlalu kecil jika dibagikan kepada tiap kepala keluarga, tiap RW memanfaatkannya untuk pembangunan fisik di daerahnya.

”Kalau saja sampah Kota Bandung jadi dibuang ke sini, itu bagaikan membangunkan macan tidur!” kata Cecep Agusjaya (36), warga Kampung Cicangri Arjasari. Maksudnya, ketenangan dan kenyamanan warga sekitar TPA Babakan akan terusik jika makin banyak truk sampah yang lalu lalang di sekitarnya. Menurutnya, gejolak di tengah masyarakat kemungkinan besar akan terjadi jika rencana pembuangan dari Kota Bandung tetap dilakukan.

**

Persoalan TPA memang tak akan pernah usai selama sampah hanya dibuang dan ditumpuk begitu saja. Usulan Asisten Ekonomi dan Pembangunan Kab. Bandung, Nana Priatna, agar Pemkot Bandung segera berkonsultasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup untuk mencari solusi sampah, rupanya harus ditanggapi serius.

Jangan sampai, permasalahan lain justru timbul setelah TPA Jelekong ditinggalkan dan semakin meruwetkan persoalan sampah di Kota Bandung.

Padahal, ribuan warga Kota Bandung yang membayar iuran sampah setiap bulannya adalah amanah yang harus diemban Pemkot Bandung. (Deni Yudiawan/”PR”)***

Bandung: Sampah di Mana-mana!

Sehubungan dengan situasi darurat di TPA Jelekong yang sudah penuh, tampaknya pemerintah memilih untuk tidak mengangkut sampah yang menumpuk di beberapa TPS di dalam kota. Tampak sampah membludak menggunung di berbagai lokasi tempat pembuangan sementara. Tumpukan sampah ini pasti mengganggu masyarakat sekitarnya. Belum lagi jika fasilitas umum yang fungsinya terganggu akibat tumpukan sampah ini.

Saat ini, Bandung SANGAT IDENTIK dengan sampah.

Usaha untuk mengubah 85% bagian yang berupa sampah organik menjadi kompos merupakan salah satu solusi praktis yang paling memadai. Karena selain murah, usaha pengomposan sampah organik adalah salah satu usaha untuk menyelamatkan unsur hara tanah kita.

Fitri Oktarini menulis tentang hal ini di Tempo Interaktif.
Simaklah:

Kompos, Salah Satu Jalan Keluar Problem Sampah
Kamis, 25 November 2004 14:57 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Sampah rumah tangga, menyumbang tidak sedikit dari sekitar 6000 ton total produksi sampah per hari di ibukota Jakarta. Jika setiap rumah mampu mengelola sampahnya dengan baik, akan sangat membantu mengatasi problem sampah di Jakarta. Caranya?

Peneliti dan ahli lingkungan Badan Pengkajian dan Pengembangan Tekhnologi (BPPT) Henky Sutanto mengatakan sebenarnya sampah rumah tangga bisa diubah menjadi kompos yang berguna untuk tumbuh-tumbuhan di pekarangan rumah sendiri.

Sampah basah (organik) bekas makanan-atau minuman sehari-hari dipisahkan dari sampah kering (anorganik) seperti kaleng, plastik, kertas. Sampah basah itu kemudian ditumpuk dalam sebuah lubang kecil di pekarangan rumah. Dalam jangka waktu tertentu bagian paling bawah dalam tumpukan tersebut bisa diangkat kemudian ditebarkan ke tanaman sebagai pupuk kompos.

Pengolahan sampah menjadi kompos, yang bisa dimanfaatkan memperbaiki struktur tanah, untuk meningkatkan permeabilitas tanah, dan dapat mengurangi ketergantungan pada pemakaian pupuk mineral (anorganik) seperti urea. Selain mahal, urea juga dikhawatirkan menambah tingkat polusi tanah. Ada juga cara lain untuk mengurangi volume sampah. Dengan cara dibakar. Tetapi pembakaran sampah menghasilkan dioksin, yaitu ratusan jenis senyawa kimia berbahaya seperti CDD (chlorinated dibenzo-p-dioxin), CDF (chlorinated dibenzo furan), atau PCB (poly chlorinated biphenyl).

Jika senyawa yang berstruktur sangat stabil itu hanya dapat larut dalam lemak dan tidak dapat terurai ini bocor ke udara dan sampai kemudian dihirup oleh manusia maupun hewan melalui udara. Dioksin akan mengendap dalam tubuh, yang pada kadar tertentu dapat mengakibatkan kanker.

Lalu, bagaimana dengan rumah dengan pekarangan yang sempit ? Misalnya di kompleks perumahan. Menurut Henky hal yang serupa bisa juga dilakukan dalam lingkungan kompleks. Sampah dari masing-masing rumah dikumpulkan dalam satu lokasi di dalam kompleks, yang dikhususkan menjadi Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Sampah kering dan sampah basah dipisahkan. Sampah basah kemudian ditumpuk. Dalam jangka waktu dua bulan, akan menjadi kompos. Kompos itu, bisa dibagikan ke setiap rumah yang membutuhkan pengganti pupuk untuk tanaman. Dengan begitu, persoalan samapah di lingkungan sekitar bisa teratasi secara kolektif.

Fitri Oktarini

10 December 2005

Wali Kota Ingin TPA Citatah Beroperasi Januari 2006

Wali Kota Bandung, H. Dada Rosada, ingin TPA (Tempat Pembuangan Akhir Sampah) Citatah segera beroperasi pada Januari 2006. TPA Citatah ini dimaksudkan sebagai pengganti TPA Jelekong yang telah habis masa berlakukanya bulan ini.
Sehubungan dengan habisnya masa berlaku TPA Jelekong sebagai tempat pembuangan sampah Kota Bandung dan sekitarnya, akhir-akhir ini tampak terlihat timbunan sampah di berbagai sudut kota. Sampah-sampah tersebut memang tak bisa terangkut karena TPA Jelekong telah tidak bisa menampung tambahan sampah kota. Akibatnya, bau tak sedap mulai tercium di berbagai TPS di berbagai sudut kota. Hal ini tampak terlihat di TPS Parakan Saat, TPS Jalan Jend Sudirman, TPS Taman Sari, TPS, Jalan Terusan Jakarta, dan di beberapa TPS lainnya.

26 November 2005

Sampah di Jalan Moh. Toha


Kegiatan pengangkutan sampah di Jalan Moh. Toha ini terjadi setiap saat. Akhir-akhir ini kegiatan pengangkutan sampah di sekitar daerah ini meningkat karena meningkatnya volume sampah. Dampaknya, bau busuk tersebar ke daerah sekitarnya. Padahal lokasi kegiatan ini persis di depan pintu jalan Tol yang merupakan pintu gerbang kota Bandung.

25 November 2005

Kita dan Tempat Pembuangan Sampah

Diambil tanpa ijin dari PR.

SAMPAH adalah persoalan kita bersama.Tak ada siapa pun yang hidup tanpa menghasilkan sampah. Dengan membayar retribusi, maka soal pengangkutan sampah kita percayakan, kepada pemerintah. Kita percaya, bahwa pemerintah akan mengangkut, membuang, dan mengelola sampah-sampah tersebut secara paripurna, tanpa menimbulkan kerugian.
Sampah, adalah persoalan kepercayaan. Setelah TPA Leuwigajah longsor pascapenggunaan selama berpuluh tahun, mata masyarakat pun terbelalak. Rupanya, ini buah kepercayaan kita kepada pemerintah.Sampah kita telah memakan korban jiwa dan merenggut kepercayaan warga kepada pengayomnya.

Sampah, adalah persoalan keseriusan. Sebanyak 2,6 juta warga Kota Bandung, bukan sedikit membagi kubikan sampah yang dihasilkannya. Setelah Leuwigajah, kita gunakan lagi Pasirimpun selama beberapa pekan, lalu kembali ke Jelekong. Kini, Jelekong hampir tamat riwayatnya.

Sampah, juga persoalan jangka panjang. Habisnya masa pakai Jelekong pada akhir tahun ini, sudah dibahas sejak awal. Masyarakat terus mencoba mengingatkan pemerintahnya agar segera memperoleh lahan baru pasca-Jelekong. Tapi, semua tak pernah memuaskan.
Sebagai persoalan serius dan berdampak jangka panjang, tempat pembuangan akhir sampah baru harus segera ditemukan. Oke kalau memang Jelekong bisa diperpanjang, tapi untuk berapa lama? Bagi berapa kubik sampah? Selama kurun waktu perpanjangan itu, mampukah kita dapatkan lahan baru? Atau, bahkan sistem pengolahan baru?

Kita tidak menutup mata bahwa pemerintah tengah menjajaki lahan Citatah, Cikalongwetan, dan beberapa lokasi lainnya sebagai pengganti Jelekong. Kita juga tidak memungkiri, PD Kebersihan telah membuat MoU dengan konsorsium dari negeri seberang soal pengolahan sampah. Tetapi, sampah adalah sampah. Sampah dihasilkan setiap hari, dengan jumlah yang sulit untuk berkurang. Artinya, segenap pencarian lahan dan seabrek penandatanganan perjanjian, berpacu dengan waktu. Berpacu dengan sampah yang terus dan terus dan terus dihasilkan.

Kita masih punya waktu dua bulan bagi Jelekong. Jika Tuhan, Pemkab, dan warga mengizinkan, mungkin kita bakal punya tambahan napas untuk beberapa bulan ke depan. Katakanlah, secara keseluruhan kita punya waktu enam bulan bagi Jelekong.

Namun, di atas kertas pun rasanya sulit untuk berhitung bahwa waktu 6 x 30 hari bakal cukup untuk membuka lahan baru, apalagi menerapkan sistem teknologi pengolahan sampah. Lha wong untuk amdal, kajian geologi, hidrogeologi, transportasi, dan sosial ekonomi saja minimal bakal makan waktu segitu. Atau, pemkot bakal melewati semua prosedur formal tersebut demi berpacu dengan waktu? Kita harap tidak.

Yang jelas, pada jeda waktu antara habisnya masa pakai Jelekong dan digunakannya TPA baru, bakal terjadi gunungan sampah. Namun, sampah adalah persoalan kita bersama, meski perlu terus mendesak pemerintah agar segera memproses perizinan dan pengkajian lahan baru, di mana pun itu. Kita tidak mau lagi ada korban jiwa akibat gunungan sampah TPA. Karena, kita masih ingin mempercayai pemerintah dan terus berharap pemerintah dapat memegang amanahnya. (Uwie/PR)***

Pemerintah Kota Harus Pastikan TPA Baru

BANDUNG, (PR).-DPRD meminta Pemerintah Kota Bandung segera memastikan lahan baru pengganti TPA Jelekong tanpa menunggu masa pakai TPA itu habis. Selain itu, warga Jelekong juga harus diberikan kompensasi yang bentuknya dapat disepakati kedua belah pihak.
“Kami khawatir waktu penggunaan TPA Jelekong habis dan pemkot belum siap. Tapi, dari hasil kesepakatan dengan pihak ketiga beberapa waktu lalu, katanya mereka akan membantu mencarikan lahan sebagai antisipasi sementara dan itu harus ditindaklanjuti,” kata Ketua DPRD Kota Bandung, Husni Muttaqin, Kamis (24/11).

Menurutnya, dewan sudah meneruskan masukan dari sejumlah warga Kab. Bandung yang menawarkan lahannya sebagai TPA. Lahan tersebut antara lain berada di Cijapati dan dua lokasi di Citatah masing-masing seluas 10 dan 15 hektare.

Husni juga meminta pemkot mendesak kembali tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) Bandung Metropolitan yang pernah dijanjikan pemerintah provinsi. Pada Maret 2005, empat kepala daerah yakni Kota Bandung, Kab. Bandung, Kab. Cimahi, dan Kabupaten Sumedang menandatangani nota kesepahaman rencana pengelolaan sampah secara terpadu melalui program Greater Bandung Waste Management Corporation (GBWMC).

Saat ini, pemkot berpacu dengan waktu untuk memperoleh lahan alternatif tapi tetap harus mengikuti prosedur perizinan yang dipersyaratkan termasuk AMDAL. Selain itu, pemerintah juga harus aktif melakukan sosialisasi agar terjadi kesepahaman dengan masyarakat sekitar TPA.

Berita selengkapnya.

22 November 2005

Buatlah Kompos!

Jangan membuang sampah organik.

GAWAT DARURAT: Tamatnya TPA Jelekong

DARURAT

Sejak longsornya TPA Leuwigajah, TPA Jelekong menjadi TPA andalah kota Bandung. Namun TPA yang luasnya 10 hektar ini telah tak mampu lagi menampung sampah kota yang membludak tiap harinya. Produksi sampah kota yang biasanya 50-60 truk per hari, saat ini telah mencapai 300 truk per hari. Akibatnya, sampah mulai menumpuk di berbagai TPS dalam kota.

Pekan lalu, Wali Kota Bandung Dada Rosada menyampaikan bahwa masa pakai TPA Jelekong akan segera berakhir dalam dua bulan ke depan.

Sampah di Perumahan Wijayakusumah Ujung Berung

Sejak Lebaran usai, tumpukan sampah di TPS perumahan Wijayakusumah masih menumpuk hingga sekarang. Tumpukan sampah tersebut tidak diangkut oleh petugas sampah yang menyebabkan bau busuk menyebar di sekitar TPS. Lalat mulai mengganggu penduduk setempat. Dari berita yang aku dengar di radion Elshinta, petugas kebersihan membiarkan dan tidak mengangkut sampah di perumahan tersebut karena petugas tidak mendapat bagian THR pada saat Lebaran. Waduh.

Memang akhir-akhir ini, di beberapa TPS di kota Bandung, sampah mulai tidak terurus. Tumpukan sampah sudah menghiasi kembali berbagai TPS di kota Bandung. Tampaknya TPA Jelekong yang merupakan andalan utama tempat pembuangan sampah kota Bandung saat ini telah tak sanggup lagi menampung sampah kota.

19 November 2005

Tumpukan Sampah Paska Lebaran


Paska Lebaran yang sudah hampir dua minggu liwat ini masih meninggalkan masalah di Bandung. Sampah masih menumpuk di beberapa tempat, salah satunya di TPS Jalan Puter. Bau busuk yang menyengat telah menjadi hiasan harian bagi warga setempat.

Gambar diambil dari PR tanpa ijin.

18 November 2005

Sampah Paska Lebaran

Sampah-sampah masih menumpuk tak terangkut dari beberapa TPS di Kota Bandung, di antaranya:

  • TPS Jalan Bengawan
  • TPS Jalan Jakarta
  • TPS Parakan Saat
  • TPS Kolonel Masturi
  • TPS Tamansari
  • TPS Puter
  • TPS Dago Atas

Bandung tampaknya mulai kewalahan. Mari kita bersiap-siap menghadapi Bandung berbau sampah. Bandung bersampah adalah sebuah keniscayaan.

16 November 2005

TPA Jelekong Akan Ditutup

Diketahui bahwa TPA Jelekong akan ditutup pada dua-tiga bulan ke depan. Hal ini tentu akan membawa dampak tidak begitu menggembirakan bagi kota Bandung dan kabupaten Bandung. Padahal, di beberapa tempat, hingga hari ini, sampah paska Lebaran masih menumpuk tak terangkat.

Siap-siap untuk melihat Bandung berbau kembali.

14 November 2005

Wawasan

  • Imagi Bandung :: Kumpulan gambar tentang kota Bandung.
  • Polusi :: Masalah klasik kota padat seperti Bandung. Tetapi menarik melihat hal ini dari berbagai sudut pandang.
  • Cipularang :: Membuat jarak seolah tak berarti, katanya. Tapi memang betul. Akibatnya bandung semakin padat, macet dan tak nyaman lagi. Terlebih pada akhir minggu.
  • Master Plan Transportasi Bandung :: Kawasan Bandung Metropolitan harus segera memiliki master plan sistem transportasi. Sehingga, kesemrawutan sistem transportasi di kawasan ini bisa segera diselesaikan.
  • Banjir dan Masa Depan Indonesia :: Sudah sangat mendesak negeri ini harus kita selamatkan dari kehancuran. Jutaan rakyat menanti keseriusan dan komitmen para pembuat dan pelaksana kebijaksanaan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Kajian menarik tentang lingkungan dan air Indonesia.
  • Sophia Latjuba Makelar Sampah :: Siapa yang pernah berpikir bahwa artis cantik ini menekuni bisnis sampah?
  • Wujudkan Cita – Cita VL Stoors : Bandung Yang Bersih, Asri, dan Sehat :: Persoalan sampah di Indonesia, khususnya di berbagai kota besar, mulai terasa memberikan gangguan dan dampak lingkungan yang merugikan.
  • Usai Malam Takbiran - 710 Meter Kubik Sampah Berhasil Terkumpul :: PD Kebersihan Kota Bandung dalam jangka waktu semalam atau pada malam takbiran pada Rabu (2/11) malam hingga Lebaran 1426 Hijriah, Kamis, berhasil mengumpulkan sebanyak 710 meter kubik sampah yang diangkut oleh 71 unit armada pengangkut sampah.
  • Susukanna Oge Pinuh Runtah :: "Atos, kapungkur tos ngamodal nyalira kanggo masang pipa nyalurkeun cai. Malihan tos dua pipa dipasang. Tapi bade kumaha deui da Susukan Citaripna oge katutup ku runtah," ujar Mang Didi, yang mengaku sejak usia 11 tahun meneruskan usaha orang tuanya berjualan di persimpangan Jalan K.H. Wahid Hasyim (selama ini dikenal dengan sebutan Jalan Kopo) dengan Jalan Soekarno Hatta.
  • Kapan Kota Bandung Bebas Banjir ”Cileuncang”? :: ANDA sering geram karena kendaraan roda dua atau roda empat Anda terjebak dalam genangan air di jalan saat hujan turun? Atau rumah dan pekarangan Anda bahkan menjadi ”langganan” limpasan air got yang terus- menerus mampet? Percayalah, Anda tidak sendiri. Rasa geram dan kesal terhadap banjir cileuncang sudah menjadi milik sebagian besar warga Kota Bandung.

05 November 2005

Composter

Sejak 6 bulan yang lalu, sebuah composter berwarna biru tergeletak di belakang rumahku. Sejak itulah aku tidak pernah lagi membuang sampah organik. Composter ini dilengkapi dengan sebuah "pintu" kecil di bawah untuk mengeluarkan kompos yang telah matang. Sebuah ventilator mencuat di atas berupa pipa PVC yang berlubang-lubang untuk menjamin sirkulasi udara yang baik. Ventilator dirancang sedemikian rupa sehingga air hujan tidak akan masuk ke dalam composter yang dapat membasahi sampah secara berlebihan. Sebuah composter yang sederhana, yang sangat mudah diproduksi dan sangat fungsional.
Sampah organik kupotong-potong menjadi potongan kecil-kecil. Kemudian sampah tersebut kucampur dengan kira-kira 10% kotoran kambing yang kebetulan sangat mudah kudapatkan dari kampung sebelah. Seluruh campuran tersebut kumasukkan ke dalam composter, dan kompos kupanen setiap 2-3 minggu sekali.
Tidak susah mengoperasikannya. Sederhana dan bersih. Berbau? Tidak, kecuali jika kau masukkan kepalamu ke dalam composter, dan bernafas dalam-dalam.

20 October 2005

Sampah Bandung: Stiker dan Pamflet

Di Bandung ini, tidak ada yang tak mungkin. Walaupun tulisan larangan itu dibuat dengan huruf yang besar dan mencolok mata, masih saja ada orang yang tidak mengindahkannya. Kalau tidak disebut "belegug", entah orang yang berbuat ini pantas disebut apa lagi. Gambar ini aku ambil di Jalan Ganesha di depan kampus ITB, di pojok dinding dekat Mesjid Salman.

Fenomena tempel-menempel di sembarang tempat ini tampaknya sudah mencapai taraf mengkhawatirkan. Tengoklah seluruh kampus yang ada di Bandung ini. Mulai dari kampus ITB, Unpad, Unpar, hingga Unpas dan Unisba, seluruh tembok dan ruang penuh dengan atribut tempel yang sangat mengusik mata. Belum lagi di sepanjang jalan di daerah-daerah bisnis tradisional, seperti daerah Simpang Dago, misalnya. Sekali kena tempel, area itu akan susah sekali untuk dibersihkan. em kering dan kotoran lain yang ikut menempel akan merusak pemandangan. Rasanya, peringatan dan himbauan saja sudah tak lagi merupakan vocal point dalam usaha-usaha permberdayaan dan mencerdaskan masyarakat. Harus ada pendekatan yang sifatnya progresif yang bisa dijadikan terobosan. Pemberdayaan pemimpin informal seperti pemuka masyarakat, pemuka agama untuk memberikan himbauan dan pendidikan akan pentingnya kebersihan mungkin merupakan salah satu jalan.

Momentum bulan Ramadhan mungkin bisa dijadikan titik awal dari upaya desiminasi pentingnya memiliki lingkungan yang asri. Membersihkan lahir, membersihkan batin, termasuk pula membersihkan dan menjaga kebersihan lingkungan bisa dijadikan topik diskusi informal bulan Ramadhan. Mengapa tidak?

15 October 2005

Sampah Bandung: Buat Kompos Yuk!

Sampah Bandung: Santunan TPA Leuwigajah Dialokasikan Rp 29,4 Miliar

Santunan TPA Leuwigajah Dialokasikan Rp 29,4 Miliar: "BANDUNG, (PR).-
Pemkot Bandung menganggarkan santunan bagi korban longsor TPA Leuwigajah sebesar Rp 29,4 miliar pada perubahan APBD 2005. Pos tak tersangka mendapat alokasi terbesar dalam rencana perubahan APBD yang bernilai total Rp 50 miliar tersebut.
�Perubahan APBD yang diajukan pemkot sebesar Rp 50 miliar termasuk Rp 29,4 miliar di antaranya untuk santunan korban longsor TPA Leuwigajah. Rencananya Perubahan APBD akan disahkan,Kamis (20/10),� kata Ketua Panitia Anggaran DPRD Kota Bandung, Lia Noer Hambali, Jumat (14/10)."

12 October 2005

Sampah jadi Kompos?

85% sampah Bandung adalah sampah organik! Jadi, kenapa kita tidak ubah semua sampah organik itu menjadi kompos? Caranya mudah!

Ikuti saja langkah berikut:

  1. Siapkan wadah berpenutup dengan sistem ventilasi yang baik.
  2. Potong kecil-kecil sampah organik.
  3. Campur dengan sumber bakteri dekomposisi (mis: kotoran sapi, kompos).
  4. Masukkan ke dalam wadah berpenutup.
  5. Biarkan 2-3 minggu.
  6. Panen.

Gampang!

09 October 2005

Masyarakat Bandung dengan Sampah yang Menjengkelkan

Menjengkelkan sekali ketika melihat sampah berserakan di mana-mana, terlebih jika hal itu terjadi persis di sebelah tong sampah yang sudah di cat "hijau-kuning-merah", seperti yang terjadi di kampusnya orang pintar, ITB! Orang pintar memang tidak selalu memiliki kepedulian pada kebersihan, tetapi jika hakekat sehat yang membawa keseimbangan lahir dan batin tidak pernah singgah di kampus ini, itu keterlaluan.
Bung! Kalau membuang sampah dengan semestinya saja tak becus, enggak usah mengaku sebagai orang intelek dah! Masyarakat Bandung memang memiliki masalah, dan masalah yang paling menjengkelkan memang adalah masalah kebersihan. Duh!

05 October 2005

Apa Kabar Perda K3 Kota Bandung?

Telah lama aku tidak lagi mendengar gonjang-ganjing permasalahan peraturan daerah tentang Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan (K3) Kota Bandung. Entah mengapa, masalah ini mendadak hilang, tak terdengar lagi. Rencana implementasi bertahap yang pernah digembar-gemborkan oleh pemerintah daerah, tidak pernah terdengar lagi bagaimana kelanjutannya. Persis, itulah yang aku khawatirkan dulu, bahwa masalah ini memang tidak cukup hanya dengan mengeluarkan Perda, dan mensosialisasikan seadanya saja.
Pemerintah dan jajarannya seyogyanya turun ke bawah, dan secara konsisten dan high-profile harus selalu memberikan dorongan moril kepada seluruh komponen masyarakat agar "melek" dan sadar bahwa kita telah memiliki Perda tentang K3. Implikasi dari semua ini memang harus telah disadari sejak awal. Menerapkan peraturan yang berdampak luas memang tidak bisa setengah-setengah.

30 September 2005

Sampah di Antabaru - Bandung


Kala negeri ini menyibukkan diri dengan gonjang-ganjing kenaikkan harga BBM, sebagian masyarakat ada yang tidak peduli dengan buang-membuang sampah. Gambar ini diambil di daerah Antabaru - Guruminda Bandung. Kumuh dan terlihat sangat menyedihkan!

Masalah Sampah Bandung: Mereka Kembali Menangis

Mereka Kembali Menangis: "KETIKA Tim Pelaksana Pembayaran Ganti Rugi Longsor TPA Leuwigajah sibuk melakukan pendataan di lokasi bencana yang merenggut lebih dari seratus korban jiwa, puluhan masyarakat Leuwigajah menangis saat menyaksikan rekaman VCD longsor sampah itu, di Pengadilan Negeri (PN) Bandung, Kamis (29/9).
Kalimat takbir, 'Allahu Akbar...' berkali-kali terlontar dari mulut mereka yang terlihat bergetar menahan perasaan haru. Adegan demi adegan memilukan, yang menimpa sanak keluarga mereka itu, sengaja diperlihatkan Johnson Siregar, S.H., M.H., kuasa hukum korban longsor TPA Leuwigajah, ke hadapan Majelis Hakim PN Bandung.
'Tolong lihat, tuh. Kami sangat menderita. Tolong rasakan penderitaan warga kami,' kata beberapa warga saat menyaksikan adegan para petugas sedang mengangkut sejumlah mayat yang terkubur timbunan sampah.
Akibat suara tangisan masyarakat dan beberapa pengunjung sidang, penjelasan Johnson soal longsor sampah pembawa maut itu sempat berkali-kali terhenti.

Banyak bukti

Kamis (29/9), di PN Bandung memang berlangsung sidang lanjutan gugatan masyarakat Leuwigajah kepada 5 tergugat, yakni Gubernur Jabar sebagai tergugat I, Wali Kota Bandung (tergugat II), Wali Kota Cimahi (tergugat III), Bupati Bandung (tergugat IV), dan PD Kebersihan Kota Bandung (tergugat V)."

Ganti Rugi Materiil Belum Bisa Diberikan

Ganti Rugi Materiil Belum Bisa Diberikan: "BANDUNG,(PR).-
Masyarakat diingatkan untuk tidak terprovokasi isu menyesatkan terkait upaya yang tengah dilakukan oleh Tim Pelaksana Pemberian Ganti Rugi musibah longsor TPA Leuwigajah, saat melakukan identifikasi dan inventarisasi kerugian harta benda milik warga korban longsor TPA Leuwigajah. Penghitungan kerugian harta benda disesuaikan fakta yang ditemukan. Sedangkan penghitungan harga tanah disesuaikan dengan nilai Jual objek pajak (NJOP).
Demikian dikatakan Kepala Badan Koordinasi Wilayah Priangan Drs. H. Tenny Wishramwan, M.Si.,Kamis, (29/9). 'Untuk memperlancar proses penanganan dan penyelesaian korban longsor TPA Leuwigajah, kami mengharapkan warga turut membantu petugas dan tidak terpancing isu yang tidak bertanggung jawab.'"

27 September 2005

Bandung Bangun Instalasi Pengelolaan Sampah Jadi Listrik

Menarik sekali apa yang ditulis dalam Media Indonesia, bahwa Bandung mulai berpikir dengan serius bagaimana mengelola sampah secara produktif. Simak!

Media Indonesia Online: "BANDUNG--MIOL: Kota Bandung, dalam masa enam bulan ke depan akan memiliki instalasi pengolahan sampah menjadi energi listrik. Konsorsium dua perusahaan, siap mengucurkan dana sebesar Rp100 miliar untuk membangun instalasi di atas lahan seluas lima hektare lebih.
'Kita berharap, pembangunan instalasi ini akan mengatasi masalah sampah di Kota Bandung, pasca kejadian longsor sampah di Leuwigajah. Dari sekitar 7.500 M3 sampah yang dihasilkan Kota Bandung dalam satu hari, akan bisa diolah menjadi energi listrik sebesar 24 MW,' tutur Walikota Bandung, Dada Rosada saat menghadiri penandatanganan nota kesepahaman antara Dinas Kebersihan Kota Bandung dengan investor PT Bandung Raya Indah Lestari, Rabu malam.
Teknologi yang akan diterapkan dalam instalasi ini diadopsi dari Cina, yang mampu mengolah 500 ton sampah per hari untuk menjadi energi listrik. Keberadaan instalasi ini bisa juga untuk mengatasi persoalan sampah di wilayah lain di sekitar Bandung, seperti Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi.
Dada mengungkapkan, masalah sampah sangat mendasar di Kota Bandung, apalagi ketika terjadi peristiwa longsor sampah di Leuwigajah, yang menyebabkan puluhan orang tewas. Kini, masalah sampah belum teratasi, karena dari 7.500 M3 per hari sampah, hanya bisa terangkut 3.000M3.
'Sampah diolah jadi listrik adalah teknologi tertinggi dalam pengelolaan sampah, karena sebelumnya pengelolaan sampah hanya diurug dengan tanah, atau sampah dijadikan pupuk. Ini sesuatu yang baru di Indonesia, dan Bandung beruntung karena menjadi kota pertama yang akan menerapkannya,' lanjutnya."

Ganti Rugi TPA Leuwigajah Mulai Dibagikan Rabu Besok

Akhirnya, langkah pertama penyelesaian masalah berkepanjangan dari bencana tanah longsor di TPA Leuwigajah mulai dilaksanakan. Simak berita berikut:

Ganti Rugi TPA Leuwigajah Mulai Dibagikan Rabu Besok: "BANDUNG, (PR).-
Setelah menanti berbulan-bulan, ganti rugi bagi 147 korban bencana longsor sampah TPA Leuwigajah dipastikan disalurkan mulai besok, Rabu (28/9). Dana yang dialokasikan Rp 56 miliar dari Pemprov Jabar, Kab. Bandung, Kota Bandung dan Cimahi itu, akan dibagikan dalam dua tahap.
Kepastian pembagian ganti rugi itu dikemukakan Kepala Badan Koordinasi Wilayah Priangan Drs. H. Tenny Wishramwan, M.Si., Penanggulangan musibah longsor TPA Leuwigajah berdasarkan kesepakatan dengan dibentuk Tim Pelaksana Pemberian Ganti Rugi Musibah Longsor (PPGRML) TPA Leuwigajah.
'Ganti rugi akan diberikan dua tahap. Tahap pertama diberikan kepada 147 korban jiwa dan luka berat, sedangkan untuk ganti rugi harta benda, rumah, dan tanah akan dilakukan setelah ada hasil dari tim inventarisasi dan identifikasi,' kata Tenny, Senin (26/9)."

15 August 2005

Sampah Menumpuk di Jalan Soekarno Hatta




Aku pernah menulis, sekitar sebulan yang lalu, bahwa saat ini Jalan Soekarno-Hatta bagian Timur berangsur-angsur menjadi kumuh dan kelihatan tak terurus. Di pinggir jalan sampah menumpuk tak terpantau. Entah karena tidak tahu, atau tidak peduli, masyarakat sekitarnya semakin menggila-gila. Mereka membuang sampah seenaknya sehingga saat ini bau psing sudah mulai tercium ke daerah perumahan di sekitarnya. Persis di dekat daerah pembuangan sampah itu, terdapat daerah perumaha "elite" Pinus Regensi yang seharusnya bisa saja bertindak, minimal melaporkan hal ini ke Pemda.

Sekelebat pemikiran singgah di kepalaku, jika Pemda dan masyarakat tidak peduli, siapa lagi yang akan peduli?

Menuju Bandung Sehat 2007

Menuju Bandung Sehat 2007: Peluncuran "Menuju Bandung Sehat 2007" seharusnyalah disertai oleh tekad setiap komponen masyarakat kota untuk turut ngeh menjaga dan mengupayakan keberihan kota. Lingkungan yang sehat hanya bisa diupayakan jika masyarakatnya memiliki inteligensia yang cukup untuk mengerti bahwa lingkungan yang sehat itu memang menyehatkan. Sekda Kota Bandung Maman Suparman sempat unjuk gigi dalam acara 'Sosialisasi Perilaku Hidup Sehat, Cerdas, dan Sadar Lingkungan Berdasarkan Kesalehan Sosial' sebagai upaya mengakselerasikan gerakan masyarakat menuju Bandung Bermartabat, Sabtu (13/8) di Pendopo Kota Bandung. Seorang teman berbisik, kok topiknya sangat tidak membumi, ya? Mengapa tidak mengkonsentrasikan pada satu aspek saja dulu, misalnya Sosialisasi Hidup Sehat saja dulu. Wong itu saja susahnya minta ampun, dan hingga sekarang masih merupakan mimpi yang untuk sebagian orang adalah mimpi yang belum realistik.

11 August 2005

Tersangka Kasus TPA Leuwigajah Dua Orang

Nah, usaha-usaha untuk melacak masalah yang menyebabkan persoalan di TPA Leuwigajah sudah mulai mengemuka. Tampaknya masih banyak yang harus dikerjakan yang menjadi PR Pemerintah Kota maupun Propinsi agar hal ini tidak hanya merupakan proforma saja.

Tersangka Kasus TPA Leuwigajah Dua Orang: "CIMAHI, (PR).-
Kejaksaan Negeri Bale Bandung telah menetapkan dua orang sebagai tersangka kasus musibah longsor Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah Cimahi, pada Februari 2005 lalu. Mereka yang dinyatakan sebagai tersangka, seorang pejabat Pemkot Cimahi dan seorang pejabat Kota Bandung. "

18 July 2005

Ratusan Anak Terlibat Program Bersihkan Kota

Jika anak-anak bisa begini, mengapa orang dewasa susah bener diajak berpartisipasi memikirkan kebersihan kota?

Ratusan Anak Terlibat Program Bersihkan Kota: "Sejumlah lembaga mengusung tema berbeda untuk menyambut Hari Anak Nasional 23 Juli mendatang. Kegiatan itu umumnya dilakukan dengan melibatkan anak dalam jumlah besar, seperti 'Festival Bikin Komik' yang diadakan Program Bimbingan Anak Sampoerna dan Majalah Komik, atau 'Anak Peduli Lingkungan' yang diadakan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jabar yang melibatkan 100 anak, Minggu (17/7). "

09 July 2005

Macet!


Aku pernah ngirim SMS ke El Shinta (0811806543) sambil ngedumel; mbok ya anak-anak Jakarta jangan ke Bandung pada saat weekend dong. Di dago, 70% mobil yang lewat di sana berpelat B. Dan, yang pasti, di Bandung kalian enggak bakalan nemu apa-apa, kecuali macet yang bikin sakit kepala kalian bakalan kambuh. Tapi enggak biasanya El Shinta menjawab SMS-ku. Katanya itu karena banyak orang Bandung yang kerja di Jakarta, dan pada saat-saat weekend seperti itu pulang kampung.
Buset!

01 July 2005

Mengapa Jalan Soekarno Hatta tak Terpantau?

Aku pernah menulis tentang tumpukan sampah di Jalan Soekarno-Hatta. Lokasi penumpukan sampah itu terletak di Jalan Soekarno-Hatta, sebelum jembatan rel kereta api Gede Bage. Ajaib, hingga saat ini, tumpukan itu belum menghilang, dan bahkan menjadi-jadi. Kumuh adalah kesan pertama bagi siapa saja yang meliwati daerah ini. Tumpukan sampah terkadang mengotori badan jalan, terbang ke mana-mana, bau anyir akibat proses degradasi terkadang tercium.
Persoalannya, apakah keadaan ini akan terus dibiarkan begitu? Bah, tak tahulah!

27 June 2005

SMS Gubernur Jawa Barat

H. Danny Setiawan, Gubernur Jawa Barat, menyediakan nomor khusus bagi masyarakat Jawa Barat untuk menyuarakan uneg-unegnya via SMS. Nomornya? Catat:

022-7082 0000


24 June 2005

Hak Membuang Sampah di Puncrut

Sudah lama aku tidak berkunjung ke Puncrut, Utara kota Bandung, yang menghubungkan daerah Ciumbeuleuit dan Lembang. Daerah ini adalah daerah hijau yang menjadi tujuan wisata masyaraat Bandung setiap akhir minggu. Pada hari Minggu, daerah ini dipenuhi oleh masyarakat yang ingin menikmati hijaunya daerah Puncrut dan pedagang makanan yang merupakan daya tarik tersendiri. Berjalan di daerah ini, orang dapat melihat pemandangan kota Bandung yang penuh sesak dari ketinggian. Tampak menakjubkan. Pernjual makanan juga menyediakan berbagai pilihan makanan daerah. Dari nasi timbel, ayam goreng, baso, ikan bakar, hingga sate kambing, tersedia di sana. Tinggal pilih. Sayangnya, pada berbagai lokasi di Puncrut, orang-orang masih dengan enak hati membuang sampah semaunya. Jadi, jangan heran jika setiap hari Minggu, Puncrut akan penuh dengan sampah plastik, botol minuman, kaleng minuman ringan, kertas, dan sebagainya! Menyedihkan, memang.
Ketika aku mendaki jalan tanah dari Ciumbeuleuit, pada sebuah lokasi, terdapat pos pungutan uang kebersihan yang ditujukan untuk pengunjung yang menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat. Bagi kendaraan roda 2 dikenakan pungutan Rp 1000,- dan kendaraan roda empat dikenakan pungutan Rp 2000,-. Ketika aku bertanya kepada orang yang bertugas di sana, ternyata uang tersebut digunakan untuk membiayai pemeliharaan kebersihan Puncrut.
Pertanyaannya sekarang adalah, apakah kita berhak dengan seenak-udel membuang sampah di Puncrut karena telah membayar uang retribusi kebersihan?

23 June 2005

Korban TPA Leuwigajah Gugat Rp 305 Miliar

Dan akhirnya, ...

Korban TPA Leuwigajah Gugat Rp 305 Miliar: "Warga korban longsoran sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, mengajukan gugatan class action ke Pengadilan Negeri Bandung, Rabu (22/6).
Mereka menggugat Gubernur Jabar, Wali Kota Bandung dan Cimahi, Bupati Bandung, dan Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung. Pimpinan pemprov, kabupaten, dan kota itu diharuskan membayar ganti rugi baik material dan immaterial, dengan total Rp 305 miliar.
Didampingi sejumlah penasihat hukumnya, puluhan warga korban longsoran TPA Leuwigajah ramai-ramai mendatangi PN Bandung. Puluhan poster berisi sejumlah tuntutan warga ikut diusung. Di antaranya bertuliskan, 'Sampah Jangan Diurus oleh Sampah'. "

15 June 2005

Cimahi Menjadi Tempat Pembuangan Limbah Batu Bara

Yang menyedihkan adalah, belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur pembuangan Batu Bara, demikian Pikiran Rakyat melaporkan hari ini. Separah itukah kondisi yang ada saat ini? Namun mestinya dinas dan instansi yang berwenang dalam memonitor dan mengendalikan pembuangan sampah seperti ini bisa bertindak dan melaporkan insiden ini ke aparat yang berhak menindak. Membuang sampah rumah tangga saja ada aturannya, apalag membuang bahan B3. Kadang-kadang dalam membuat pernyataan, pemerintah dan aparat kota mau seenaknya saja.

Limbah Batu Bara Dibuang ke Cimahi?: "Sejumlah perusahaan di wilayah Kab. Bandung diduga kuat membuang limbah batu bara ke Kota Cimahi. Dugaan itu didasarkan banyaknya gunungan limbah padat batu bara (bottom ash) di sejumlah tempat pembuatan batako di wilayah pinggiran Kota Cimahi, sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan sekitarnya.
Demikian terungkap dalam rapat kerja Komisi C DPRD Kota Cimahi yang dipimpin Ketua Komisi C, Lulu Lukman bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Dinas Tenaga Kerja, Catatan Sipil, dan Kependudukan (Disnakercasipduk), Selasa (14/6).
Menurut anggota Komisi C DPRD Kota Cimahi Ir. Achmad Zulkarnain, dugaan tersebut diperkuat dengan adanya pengakuan dari para pembuat batako di Kota Cimahi yang menyebutkan, bottom ash yang mereka olah menjadi batako berasal dari sejumlah perusahaan di Kab. Bandung."

07 June 2005

Kompas: Unjuk Rasa Warga Bojong

Puluhan warga Bojong berunjuk rasa di depan Kantor Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Jalan Medan Merdeka Barat No.3, Jakarta Pusat, Selasa (7/6). Selain menuntut penutupan Tempat Pembuangan Sampah Terakhir (TPST) Bojong, pengunjuk rasa juga meminta pengusutan atas pelanggaran HAM yang terjadi di Bojong.

Berita Foto: Unjuk Rasa Warga Bojong - 07/06/2005, 17:50 WIB - KOMPAS Cyber Media - BERITA FOTO

Mozaik

Sampah dan Pembelajaran

Memang sih, masyarakat kita belum akrab dengan aksi-aksi penanggulangan sampah terkoordinasi yang tumbuh dari grass root, seperti yang saat ini telah melembaga di berbagai negara maju. The American Compost Society adalah salah satu contoh bagaimana masyarakat maju mengelola sampahnya sendiri. Negara hanya memantau dan mendorong pelaksanaan kegiatan ini, bila perlu memberikan sokongan dan dukungan berupa kursus-kursus praktis. Anak-anakpun diajarkan dan dimotivasi untuk melakukan hal yang saat ini mustahil dilaksanakan di negeri ini. Dalam sebuah sekolah bermain Leila Arboretum Society anak-anak diperkenalkan pada alam dan diajarkan bagaimana bersahabat dengan alam. BBC, dalam programnya Gardening with Children, anak-anak diajarkan bagaimana cara membuat kompos.


Anak-anak sedang belajar bagaimana melakukan pengomposan dalam sebuah workshop khusus untuk anak-anak dan lingkungan.


Di sini, di negeri ini, memulai sesuatu yang indah seperti itu bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dilakukan.

06 June 2005

Kota Cimahi Meraih Penghargaan Adipura

Kota Cimahi Meraih Penghargaan Adipura: "Kota Cimahi mendapat penghargaan Piagam Adipura pada Program Bangun Praja yang diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup untuk kategori best effort, yakni kota yang berhasil menunjukkan kemajuan luar biasa. Penghargaan itu akan diserahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Wali Kota Cimahi Itoc Tochija di Jakarta, Senin (6/6) ini."

Mari kita lihat bersama-sama, apakah Cimahi mampu untuk memperlihatkan kinerjanya memelihara kota dan peka terhadap masalah sampah di kotanya. Karena hingga saat ini, sebuah tempat pembuangan sementara di Cipageran di pinggir jalan masih tak terurus. Padahal TPS itu deka kompleks perumahan DPRD lho!


Sampah menumpuk di SABUGA dekat Jalan Siliwangi. Tak tersentuh, dan tak ada yang peduli. Posted by Hello

23 May 2005

Masyarakat Peduli, Masyarakat Tak Peduli

Image hosted by Photobucket.com


Seorang teman memberikan muka cemberutnya ketika aku bertemu dengannya. "Dipikir-pikir, dikemanakan ya retribusi sampah yang dikumpulkan dari penduduk. Kok hingga kini masih saja banyak sampah dan tampaknya pemerintah tidak peduli dengan kebersihan kota.", katanya sambil melemparkan pantatnya, duduk disebelahku. "Mestinya KPK tidak hanya meng-obok-obok KPU saja.", tambahnya, sama sekali tidak melepaskan muka cemberutnya. Diskusi tentang retribusi sampah hari itu berakhir seperti biasanya. Selera makanku hilang sebagian, karenanya.

Dalam perjalananku pulang ke rumah, aku meliwati daerah jalan Taman Sari, dan klaim sahabatku bahwa uang retribusi sampah sama sekali tidak berguna dalam meningkatkan pelayanan pemerintah pada kebersihan kota berubah menjadi sebuah keniscayaan ketika aku melihat sampah berserak di belakang ITB. Aku berhenti sejenak di sana, dan termenung. Dan kekagetanku seakan-akan menjadi-jadi ketika aku diajak untuk melihat gunung sampah di dekat pelataran parkir SABUGA. Waduh, ternyata daerah elite seperti ITBpun tidak berdaya jika dihadapkan pada masalah sampah.

Siapa yang salah?

Merenung bukan kegiatan favoritku, tetapi hari itu aku dipaksa merenung ketika aku melihat daerah Simpang yang masih tetap semrawut, kotor, dan tidak terurus. Sampah plastik dan kertas bertebaran di mana-mana. Onggokan sampah berbau menumpuk tepat di bawah sebuah tulisan "Dilarang Membuang Sampah di Sini, Kecuali Anjing". Apakah seluruh kesalahan itu harus ditaruh seluruhnya di pundak pemerintah, sementara ternyata dengan kasat mata, kita bisa melihat bahwa masyarakat ternyata juga memegang peranan utama mengapa seluruh masalah sampah ini mengemuka? Serentetan pertanyaan mendasar lantas muncul, dan lidahku kelu, ketika aku sama sekali dihadapkan pada pilihan-pilihan sederhana.

  • Pemerintah sudah tak punya daya, apakah kita akan terus mengharapkan sesuatu darinya, padahal sebenarnya pengelolaan sampah keluarga dan masalah kebersihan kota adalah masalah sikap peduli atau tidak peduli dari seluruh komponen masyarakat.
  • Kalau aku sudah membayar retribusi sampah, apakah lantas aku berhak membuang sampah seenak udelku?
  • Apakah kinerja pemerintah yang tidak optimal akhir-akhir ini dapat menghentikanku untuk menjadi komponen masyarakat yang cerdas dan berbudaya?

Masyarakat yang peduli akan isu-isu sosial selalu menjadi sebuah senjata fenomenal bagi pemberdayaan bangsa, dengan atau tanpa dorongan pemerintah. Percaya atau tidak?

Aku sih percaya aja.

17 May 2005

Masyarakat Mengelola Sampah?


Mengapa tidak? Jika 80% sampah organik dikelola secara mandiri oleh masyarakat, Bandung tidak akan bermasalah seperti sekarang ini. Sistem daur ulang sampah organik dengan proses pengomposan adalah alternatif yang sangat berprospek. Sudah saatnya setiap komponen masyarakat yang peduli, termasuk di dalamnya pemerintah, masyarakat akademis, dan LSM, mulai bersama-sama berteriak, "KOMPOS!".


Empat Pemda Harus Segera Rehabilitasi TPA Leuwigajah

Setelah tiga bulan sejak bencana longsor di TPA Leuwigajah, belum ada langkah-langkah kongkret untuk merehabilitasi TPA Leuwigajah. Bahkan pembicaraan untuk mengganti TPA Leuwigajah-pun tidak terdengar lagi. Rapat-rapat dan pertemuan dalam rangka membicarakan masalah ini telah banyak dilakukan, namun hingga kini, seluruh masalah ini masih berkisar pada masalah-masalah yang bersifat marginal. Permasalahan pokok seperti:

    • bagaimana management pengelolaan sampah di daerah Bandung dan sekitarnya tidak pernah tersentuh.
    • pemberdayaan, pelatihan dan pembelajaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah malah terlupakan.
    • bagaimana memberlakukan Perda K3 yang berpotensi untuk tidak dapat dilaksanakan secara efektif malah terabaikan.

Empat Pemda Harus Segera Rehabilitasi TPA Leuwigajah: "Munculnya alasan bahwa tidak segera ditanganinya TPA itu karena TPA itu sudah dikelilingi police line, hal itu dibantah Enri.
Seharusnya, rehabilitasi itu segera dilaksanakan. Tapi, kok mereka beralasan police line. Padahal, saya berulang-ulang ke sana, nggak ada itu police line. Mahasiswa saya masuk berulang-ulang sampai ke dalam, nggak ada masalah, ungkap Enri."

Ganti Rugi Leuwigajah Rp 56 M

Proses tuntutan ganti rugi TPA Leuwigajah masih terus digodok, walaupun kemudian tidak bisa dieksekusi segera. Besarnya ganti rugi yang mencapai Rp 56 miliar, menyebabkan diskusi berlangsung alot. Tim teknis penanganan longsornya tempat pembuangan akhir (TPA) Leuwigajah Provinsi Jabar mengajukan dana ganti rugi kepada Gubernur Jabar untuk korban sebesar Rp 56 miliar. Besarnya dana ganti rugi tersebut akan dipikul empat pemerintah daerah yakni Pemprov Jabar, Pemkot Bandung dan Cimahi serta Pemkab Bandung.

Ganti Rugi Leuwigajah Rp 56 M: "Menyikapi besarnya nilai ganti rugi yang akan diajukan, Adib Zain menyatakan, Komisi A tidak menerima atau menolak besaran ganti rugi tersebut. Pihaknya hanya meminta masyarakat yang menjadi korban untuk bisa memahami kemampuan keuangan pemda."

16 May 2005

Bunga-bunga KAA Kini Mengering

Bunga-bunga KAA Kini Mengering: "ADA yang berserloroh, seandainya KAA digelar setiap bulan, julukan Bandung 'Parijs van Java' akan kembali bersinar. Momentum KAA, setidaknya menjadikan warga Bandung lebih berdisiplin, minimal tidak membuang sampah ke Sungai Cikapundung (apalagi waktu itu tentara berjaga-jaga di sana). Bukan cuma warganya yang mendadak disiplin, Pemkot Bandung dan Pemprov Jabar pun 'tergopoh-gopoh' mempercantik wajah kota. Puluhan miliar dana dikucurkan untuk memperbaiki trotoar, mengecat lampu jalan, memperindah taman hingga menutupi gedung kosong menggunakan kain raksasa."

Jembatan Cimindi Berubah Fungsi

Kemarin, saya berkendaraan dari Cimahi ke Bandung meliwati Jembatan Cimindi. Tidak perlu menjadi seorang pengamat profesional untuk mengetahui bahwa masyarakat Bandung saat ini sudah menjadi masyarakat yang tidak lagi memiliki minat untuk memiliki kota yang asri dan bersih. Jembatan Cimindi telah berubah fungsi menjadi tong sampah bagi masyarakat sekitarnya, yang menandakan masyarakat sudah tidak lagi berminat untuk memiliki lingkungan yang resik.

Hari ini Pikiran Rakyat menayangkan gambar tentang Jembatan Cimindi yang berubah fungsi itu. Tidak salah rasanya jika Pemerintah Daerah harus memulai dengan sungguh-sungguh untuk memulai teladan bagi masyarakat agar sadar bahwa hanya orang bodoh dan tidak tahu malu saja yang mau mengotori kotanya sendiri.

12 May 2005

Beberapa Opini Tentang Bandung dan Sampah


Semu::Di Bandung sekarang sedang dilkakukan perbaikan besar2an, pembersihan besar2an, pemercantikan besar2an. Semua rumput di pinggir2 jalan dipangkas, jalan2 diaspal ulang, trotoar yang udah ancur dibangun lagi, pohon2 dipangkas supaya rapi. Dan gw benci semua diatas!

Runtah di Leuwigajah::Di imah, kuring miceun runtah kurang-leuwih sakibik alias sameter kali sameter kali sameter lamun dipress atawa dipadetkeun. Eta teh dina jero sabulan.

Manajemen Sampah Telan Korban::Sungguh tragis peritiwa yang terjadi. Dan perlu kita mengakui bahwa Kita memang menjadi bangsa yang selalu terlambat bertindak. Mobilitas Lambat.!!

Lombok dan Sampah::Bagi orang seperti saya yang pernah melihat tumpukan sampah Bandung, Lombok merupakan daerah yang cukup bersih. Ingatan akan Lombok merupakan kenangan indah bagi saya.

HMTL WASSER UK::Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan UK.

Grafitti dan Kebodohan


Aku pernah menulis tentang asrinya Taman Ganesha di depan ITB. Memang, banyak sementara orang yang tidak peduli dengan hal-hal seperti ini. Mereka tidak peduli apakah yang mereka lakukan adalah sebuah kelakuan bodoh dan tidak bertanggung jawab. Sebuah taman burung yang jarang kita temui di Bandung, Taman Ganesha, malah dikotori oleh orang-orang bodoh yang merasa bahwa dunia ini hanya miliki mereka.

Mimpiku kali ini adalah, kapan ya Perda K3 akan diberlakuakn di Bandung?

10 May 2005

Promote Composting


Orang cerdas tahu manfaat pengomposan.

Sampah: Tanggung Jawab Moral?


Gambar ini memperlihatkan situasi pada hari Minggu yang lalu di sekitar Lapangan Gazibu Bandung. Pedagang kaki lima yang tetap tidak mau kehilangan kesempatannya untuk berjualan, tetap membuka tenda di kawasan itu, walaupun saat itu kawasan itu digunakan oleh SCTV untuk acara Karnaval SCTV. Sebenarnya sih senang juga melihat kegiatan publik dalam menciptakan event khas seperti apa yang dilakukan oleh masyarakat kaki lima pada setiap hari minggu di sekitar Gedung Sate dan Lapangan Gazibu. Di Eropa pun kegiatan ini tidak dilarang, sepanjang kegiatan itu terkonsentrasi di kawasan tertentu, legal, tidak mengganggu kepentingan publik, dan yang paling penting masyarakat kaki lima harus memiliki tanggung jawab moral dalam menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan.

Tapi apa yang terjadi di kawasan Lapangan gazibu dan Gedung Sate saat itu? Kawasan itu penuh sampah yag dibuang di mana-mana seenaknya. Tidak ada sama sekali tanggung jawab moral masyarakat untuk sekedar "malu" untuk membuang sampah sembarangan.

Jika malupun sudah tak ada, mati saja lah!

09 May 2005

Proses Hukum Masalah TPA Leuwigajah Dimulai

Satu Berkas Kasus TPA Sudah ke Kejaksaan: "Polres Cimahi masih terus mengusut kasus dugaan tindak pidana pada musibah longsor Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah Cimahi, yang merenggut lebih dari seratus jiwa dan materi warga Kp. Pojok, Kel. Leuwigajah, Kec. Cimahi Selatan Kota Cimahi dan Kp. Cilimus, Desa Batujajar Timur, Kec. Batujajar, Kab. Bandung. Bahkan, Polres sudah menyerahkan berkas perkara salah satu tersangka, yakni Drs. AG, Direktur Utama Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan Kota Bandung ke Kajaksaan Negeri Bale Bandung."

Tidak Jelas: TPA Pengganti TPA Leuwigajah

Terbersit sebuah berita bahwa Bandung akan menjadi Lautan Sampah kembali jika masalah TPA pengganti TPA Leuwigajah tidak segera diselesaikan. Aku sempat kaget ketika teman-teman diskusiku sempat berujar bahwa tidak ada tempat lagi untuk lokalisasi pembuangan sampah kota Bandung. Setelah TPA Pasirimpun dan TPA Cicabe dinyatakan over-loaded, pemerintah kota tampaknya mulai gerah dan panik membayangkan bahwa Bandung kembali dibayang-bayangi oleh kemungkinan mengalami masalah serupa dengan masalah yang dihadapi menjelang KAA yang lampau, bersampah-ria. Pikiran Rakyat melansir bahwa Pemerintah Kota Bandung, Pemerintah Kabupaten bandung dan Pemerintah Kota Cimahi masih berkutat dalam diskusi tak berujung masalah pembelian tanah TPA Citatah sebagai pengganti TPA Leuwigajah.

07 May 2005

Kumuhnya Jalan Soekarno Hatta


Tumpukan sampah yang sudah semakin tak sedap di pandang mata di dekat Jalan Soekarno Hatta.

Daerah di Jalan Soekarno Hatta di sekitar Makro dekat Pasar Induk Gede Bage akhir-akhir ini menjadi kumuh karena orang sekitar daerah tersebut membuang sampah seenaknya. Tengoklah daerah sekitar 200 m dari Makro ke arah Timur, di bahu jalan sebelah Utara sebelum Jembatan yang melintas rel kereta api, tumpukan sampah sudah mulai terlihat berserakan yang membuat daerah sekitarnya menjadi kumuh dan tak sedap dipandang. Yang membuat keadaan menjadi semakin menyedihkan adalah, masyarakat yang agaknya tidak peduli tentang hal ini. Siapa yang seharusnya bertanggung jawab?

Beli Lahan TPA Citatah Dianggarkan Rp 3 Miliar

Pemda, dalam hal ini Pemerintah Kota Bandung, Kabupaten Bandung dan Pemerintah Kota Cimahi harus menyediakan anggaran sebesar 3 miliar rupiah untuk membeli lahan di Citatah. Masalah ini harus segera ditindak lanjuti kalau tidak mau melihat Bandung kembali menjadi lautan sampah. Walaupun hingga kini belum ada kontroversi yang muncul, Pemerintah seyogyanyalah telah melakukan sosialisasi dan mengkomunikasikan hal ini kepada seluruh masyarakat, disamping tentu memikirkan langkah-langkah jangka panjang dalam hal pengelolaan sampah. Mengapa tidak menganjurkan masyarakat untuk melakukan kegiatan pengomposan?

Baca: Beli Lahan TPA Citatah Dianggarkan Rp 3 Miliar: "Pemerintah Kota Bandung menyiapkan anggaran Rp 3 miliar untuk pembelian tanah masyarakat yang akan menjadi lokasi TPA Citatah. Pemkot juga akan menawarkan pengelolaan bersama kepada Pemerintah Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi."

03 May 2005

Usut Tuntas Kasus Leuwigajah

BANDUNG, (PR).-
Setelah menggugat Gubernur Jabar, Wali Kota Bandung, Wali Kota Cimahi, Bupati Kab. Bandung dan Perusahaan Daerah (PD) Kebersihan Kota Bandung sebesar Rp. 4,1 triliun, kini giliran jajaran Kepolisian Resor Cimahi jadi sasaran tuntutan 41 kepala keluarga (KK) ahli waris korban longsor sampah TPA Leuwigajah. Ahli waris menuntut jajaran Polres Cimahi memroses hukum Direktur PD Kebersihan Kota Bandung, Kepala Dinas Kebersihan Kab. Bandung dan Cimahi sebagai tersangka , yang kini berstatus tahanan luar karena jaminan.

"Kami mendesak Polres Cimahi menyelesaikan kasus TPA Leuwigajah, karena setelah dua bulan melakukan proses ternyata tidak kunjung ada perkembangannya. Kami menduga kepolisian memetieskan kasus itu," ujar Anwar, salah seorang ahli waris kepada "PR", Senin (2/5) kemarin.

Dikatakan Anwar, peristiwa longsornya gunung sampah TPA Leuwigajah 21 Februari lalu, yang menewaskan 147 warga di empat kampung Desa Batujajar Timur Kec. Batujajar, Kab. Bandung akibat kelalaian sistim pengelolaan. Buktinya, Polres Cimahi menetapkan Dirut PD Kebersihan Kota Bandung Drs. Awan Gumelar sebagai tersangka, disusul Kepala Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung Ir. Sudirman.
Selain Dirut PD Kebersihan Kota Bandung dan Kadis Kebersihan Kab. Bandung, waktu itu (Sabtu, 26/2) Kapolres Cimahi AKBP. Irwanto, S.H., juga menegaskan empat tersangka lainnya dari 14 saksi yang dimintai keterangan.
Rencananya terhadap para tersangka akan dikenai pasal 359 KUH Pidana jo Pasal 43 Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, dengan ancaman hukuman mencapai 10 tahun penjara
Dipetieskan?
Lambannya langkah polisi menyelesaikan kasus itu, dinilai Anwar beserta ahli waris lainnya dan sejumlah LSM, karena Polres Cimahi memetieskan kasus TPA Leuwigajah. Artinya kasus yang sudah dilidik dengan menghadirkan tim dari Mabes Polri yang diwakili Bagian Intel Khusus Penanganan Bencana Alam AKBP Soleh Hidayat, dan Dr. Dadang, M.Si., M.Sc., saksi ahli dari Departemen Lingkungan Hidup RI didampingi Umar S.E., dari Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat, prosesnya tidak akan dilanjutkan alias “delapan enam” .
Selain mendesak agar jajaran Polres Cimahi menuntaskan kasus TPA Leuwigajah, ahli waris juga menuntut agar aparat kepolisian menyelidiki mengenai dugaan penyelewengan uang bantuan Rp 1,85 miliar.
Karena berdasarkan hasil investigasi warga serta LSM peduli korban musibah longsor TPA Leuwigajah, antara uang yang diterima dengan yang didistribusikan ke korban atau ahli waris selisihnya mencapai Rp 1,2 miliar.
Saat sejumlah ahli waris menelusuri dan mempertanyakan, pihak Satkorlak mengatakan, sisa bantuan itu di antaranya dipergunakan untuk menyewa alat berat Rp 6 juta/unit/minggu. "Itu kami masih menganggap wajar, yang tidak wajar saat kami menerima bocoran kalau uang sebesar Rp 1 miliar dipinjam dulu oleh pihak kabupaten, entah untuk apa," ujarnya .(A-87)***

Citatah Menjadi Pengganti TPA Leuwigajah

Lahan perkebunan palawija dan kelapa seluas 10 hektar di Desa Citatah Padalarang telah ditetapkan sebagai pengganti TPA Leuwigajah. Memang tidak ada kontroversi tentang hal ini. DPR tenang-tenang saja, aman tentram dan damai. Tampaknya seluruh komponen masyarakat telah mengerti pentingnya TPA bagi Bandung Raya. Apalagi memang lokasi rumah penduduk memang cukup jauh dari lokasi TPA yang ditetapkan. Kita lihat lah!

Lahan di Citatah Menjadi Pengganti TPA Leuwigajah: "Pemerintah Kota Bandung memastikan akan menggunakan lahan seluas 10 hektare di Desa Citatah Kec. Padalarang Kab. Bandung sebagai tempat pembuangan akhir (TPA) sampah selain TPA Jelekong, Kab. Bandung. Kepastian itu diambil setelah program penanganan sampah darurat ke TPA Cicabe dan Pasir Impun Kec. Cicadas, berakhir 30 April lalu."

28 April 2005

GAWAT DARURAT: Bandung Kembali Berpotensi untuk Menjadi Lautan Sampah

TPA Cicabe dan TPA Pasir Impun telah penuh sesak. Pemerintah Kota Bandung mengisyaratkan bahwa pembuangan sampah ke dua TPA ini akan dihentikan pada tanggal 30 april 2005 ini. Gawat!



Persiapan di TPA Jelekong sebagai Pengganti TPA Leuwigajah.

Pemkot Lirik Citatah Pengganti TPA Leuwigajah: "Di sisi lain, Pemkot Bandung juga mempercepat penggunaan TPA Pasir Impun dari yang mestinya bisa dipakai hingga 8 Mei 2005 menjadi 30 April 2005, karena kapasitas TPA Pasir Impun sudah penuh. Dengan demikian, baik TPA Cicabe maupun TPA Pasir Impun tinggal tiga hari lagi dimanfaatkan sebagai lokasi pembuangan sampah Kota Bandung. Sedangkan TPA Jelekong, di Kab. Bandung, tetap menjadi TPA utama untuk beberapa tahun ke depan.
'Sesuai komitmen pemkot dengan masyarakat sekitar TPA Cicabe, penanganan sampah darurat berakhir 30 April ini. Sedangkan untuk Pasir Impun yang mestinya 8 Mei, kita putuskan saja sampai 30 April karena sudah penuh. Untuk selanjutnya, pemkot meski mencari TPA pengganti, di antaranya di Citatah,' kata Wali Kota Bandung Dada Rosada saat meninjau TPA Cicabe, Rabu (27/4). "

Pasar Sekelimus di Jl Terusan Buah Batu Perlu Perhatian

Pasa Sekelimus di kawasan Terusan Buah Batu tampaknya memerlukan perhatian khusus jika Pemerintah Kota Bandung ingin menjaga kota ini tetap bersih dan asri. Para penjual dan pedagang di pasar ini tampaknya tidak terlalu memikirkan hal-hal seperti apakah sampah harus dibuang pada tempatnya ataukah tidak. Tepat di pinggir jalan protokol Terusan Buah Batu, pada waktu-waktu tertentu sampah bisa luber menutupi badan jalan yang menyebabkan macet parah. Memang, jalan ini adalah jalan protokol yang menghubungi kota Bandung bagian selatan dengan jalan bebas hambatan. Tunggu apa lagi?

Gunungan Sampah di Jl. Dr, Djundjunan

Ketika kita masuk ke kota Bandung melalui salah satu pintu tol kota, Jalan Terusan Pasteur, kita bisa keluar dari Jalan Dr. Djundjunan. Tampak sederhana, dan bisa memotong banyak waktu jika kita ingin menuju ke Bandung Utara. Sayang, sebelum keluar ke Jalan Prof. Surya Sumantri, gunungan sampah masih tergeletak di sana, menyebarkan bau busuk ke sekitarnya. Sayang...

26 April 2005

Mereka Menulis

isonetea::Tulisan tentang lingkungan, khususnya tentang air dan banjir.

Peluang Bisnis::Blog yang mengupas tentang peluang bisnis pekerja lingkungan, termasuk dari sampah.

Onther Try::Sebuah kontemplasi tentang sampah dan daur ulang sampah.

Benny::Opini seorang Benny tentang banjir dan sampah.

neither is original::Sakit, sebuah opini tentang mendaur ulang sampah Bandung.

cow_boy::Bandung nasibmu kini, sebuah puisi.

float::Bandung yang semerbak, sebuah tulisan hangat mengenai Bandung yang penuh sampah.

Adinoto::Paradoks Sampah di Kampus ITB.

A list of my agenda::Koleksi artikel tentang sampah dan lingkungan.

22 April 2005

Jalan Ganesha yang Asri


Area pejalan kaki di jalan Ganesha yang hijau dan asri.


Selokan di sepanjang jalan Ganesha yang bersih dan terawat.
Tampak di atasnya bahkan dibangun tempat duduk bagi pejalan kaki yang ingin beristirahat.

Tidak sering aku merasa segembira hari ini. Jalan Ganesha layaknya sebuah jalan di kawasan Kotrijksesteenweg di Belgia. Bersih, hijau, dengan area pejalan kaki yang terawat rapi. Yang membuat aku kagum, selokan di kawasan ini sangat bersih. Persis di depan kampus ITB, terdapat sebuah taman yang sejuk dan terawat, Taman Ganesha. Taman ini sering dijadikan tempat pengamat burung berkumpul dan berdiskusi tentang pelestarian burung di Bandung. Sayangnya, sebuah prasasti di dekat pintu masuk taman ini tampak rusak dicoret-coret oleh anak muda yang tidak bertanggung jawab, yang tampak benci pada kebersihan dan keindahan. Jalan Ganesha sangat elegant jika dijadikan sebuah proyek percontohan bagi kawasan lain di Bandung.

Kerja Keras Tak Berujung

Menjelang penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika minggu depan, pemerintah daerah kota Bandung benar-benar dibuat panik. Banyak sekali pekerjaan fisik yang belum beres dan entah mengapa, terbengkalai. Usaha untuk memperindah Jalan Dago, misalnya, hingga sekarang masih terus diusahakan. Sudah terlihat perubahan di sana-sini, beberapa sudut jalan sudah pula diperbaiki dan tampak mulus dan bersih. Namun pada berbagai sudut masih terlihat morat-marit. Salah satu sudut yang masih tampak berantakana adalah sudut Jalan Dago – Jalan Ganesha. Areal pejalan kaki masih belum tertata baik, dan taman kota yang mestinya sudah diperbaiki masih tampak hancur berantakan. Ada beberapa orang yang sedang mengerjakannya di sana, semoga dalam waktu dekat sudut ini sudah tampak asri.

Jalan Asia Afrika sudah rapi dan tampak bersih. Di depan Gedung Merdeka tempat akan diselenggarakannya Konferensia Asia Afrika minggu depan sudah tampak beberapa pot bunga yang disusun dengan apik. Namun memang masih ada beberapa hal yang harus diperbaiki. Alun-alun yang biasanya jorok dan amburadul, tampak lebih manusiawi, walaupun usaha untuk memperindahnya masih belum maksimal.

Aku masih tidak bisa membayangkan bagaimana tampak ”Gerbang Kota Bandung”, Jalan Terusan Pasteur, nantinya. Sampah bangunan dan barang-barang besar masih berserakan di sana. Walaupun ada usaha-usaha untuk ”menyembunyikan” brangkal dan sampah bangunan serta peralatan berat dengan menutupinya dengan terpal, area ini masih saja berkesan kumuh. Belum lagi jika lalu lintas di sana tak terkendali, suasana macet akan menambah kesan berantakan.

Memang masih ada tersisa dua hari waktu untuk berbenah. Cukupkah? Kita lihat saja.

21 April 2005

DPRD Gagal Mewakili Rakyat Kecil

Begini lho. wakil rakyat kita yang terhormat ini tampaknya belum (atau tidak) sungguh-sungguh mewakili nurani rakyat. Kalau "hanya" untuk kepentingan rakyat kecil, tidak ada seorangpun yang dengan gagah berani maju dan berteriak, "saya akan fight!". Ujung-ujungnya, hal-hal yang sudah kasat mata masih terus ditembak, seperti kesalahan pemerintah daerah yang memang sudah sering didiskusikan di berbagai media.

Silahkan baca berita berikut:

DPRD Gagal Membentuk TPF Longsor Leuwigajah: "Komisi A juga menilai, pemerintah dari mulai Pemprov Jabar, Pemkot Bandung dan Cimahi serta Pemkab Bandung tidak menunjukkan itikad baik dalam penanganan musibah yang sebenarnya diakibatkan oleh kelalaian pemerintah itu.
'Kami akan meminta pemerintah untuk bertanggung jawab baik secara politik maupun pemberian ganti rugi secara konkret kepada para korban. Jangan hanya ngomong di media kalau pemerintah akan bertanggung jawab dengan memberikan ganti rugi,'"

20 April 2005

Jalan Asia Afrika

Image hosted by Photobucket.com
Situasi di Jalan Asia Afrika yang beberapa waktu yang lalu masih tampak morat-marit. Di kejauhan tampak gedung bersejarah, Gedung Asia Afrika (Sumber: WorldCityPhotos)

KAA Membawa Hikmah

Image hosted by Photobucket.comJarang sekali melihat Bandung bersih seperti akhir-akhir ini. Jalan Dago terlihat rapi, jalan diaspal dengan resiknya. Marka jalan diperbaharui, tampak rapi dan bersih. Jalan Ganesha saat ini juga tampak bersih dan asri, setelah masyarakat setempat bergotong-royong membersihkan pojok Tamansari yang beberapa waktu yang lalu menjadi tempat gunungan sampah menumpuk.
Tak kalah jika kita melihat Alun-Alun dan Jalan Asia Afrika yang telah diatur dengan seksama dalam rangka menyambut Konferensi Asia Afrika pekan depan. Luar biasa, seperti melihat keajaiban telah datang.
Namun pertanyaannya sekarang adalah, mampukah masyarakat Bandung bersama-sama dengan Pemerintah Daerah memelihara dan bahkan meningkatkan situasi yang membaik ini? Mampukah Pemerintah Daerah memberikan penyuluhan secara komprehensif kepada masyarakat luas untuk mau dan berkeinginan untuk menjaga kotanya? Mampukah masyarakat Bandung untuk menerima pembelajaran lahir-batin untuk menjaga lingkungannya tetap asri? Cukup tinggikah kecerdasan emosional kolektif masyarakat dan Pemerintah Daerah Kota Bandung untuk mengerti bahwa penggalangan komunikasi sosial untuk memelihara berkah yang telah diberikan oleh event KAA ini?
Waktu yang akan menjawab seluruh pertanyaan ini.

19 April 2005

Sumur Warga Tercemar Bakteri Coli

Informasi tentang kondisi air di Bandung:

Water Information & News - Indonesia: Sumur Warga Tercemar Bakteri Coli (Citizen's wells polluted with coli bacteria): "Pascalongsor sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, sumur-sumur warga di sekitar Kp. Pojok, Kel. Leuwigajah Kec. Cimahi Selatan tercemar oleh bakteri coli yang sangat tinggi, di ambang batas normal."

Rame-rame di Jalan Ganesha

Percaya atau tidak, pagi ini banyak sekali masyarakat dan aparat turun ke Jalan Ganesha, melakukan operasi bersih. Sih.. sih.., bersih! Sayang aku tidak membawa DigiCam-ku.

Relokasi Korban TPA Butuh Rp 38,662 Miliar

Pikiran Rakyat, 19 April 2005

Nana Priatna,”Itu Hanya untuk Korban di Kabupaten Bandung”

BANDUNG, (PR).-Pemkab Bandung memerlukan dana sekira Rp 38,662. miliar untuk menggantikan tanah, harta benda, bangunan, serta semacam uang kadeudeuh bagi para korban bencana alam longsor Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, yang menimpa warga Kab. Bandung, di Kampung Cilimus Desa Batujajar Timur Kec. Batujajar “Sambil menunggu proses selanjutnya, korban bencana longsor yang sebelumnya di tempat penampungan, kini telah dikontrakkan selama enam bulan, kecuali 26 KK yang masih bertahan,” kata Wakil Ketua Harian Satuan Pelaksana (Satlak) Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (PBP) Kab. Bandung Drs. Nana Priatna, Senin (18/4).

Menurut Nana, yang juga Asisten Ekonomi dan Pembangunan Pemkab Bandung, penanganan korban bencana yang memerlukan dana cukup besar tersebut, pada intinya tetap tergantung kepada masyarakat dan persetujuan dari DPRD. Jika dewan nanti menyetujui dari pihak eksekutif, tinggal menindaklanjuti atau melaksanakan. “Sebelum masa kontrakan mereka habis, diharapkan relokasi tersebut sudah bisa diselesaikan,” kata Nana.
Dia juga mengatakan, Pemkab Bandung tidak semata memindahkan korban bencana yang rumahnya tekubur, tetapi juga yang berada di daerah bahaya satu. Mereka juga setelah dipindahkan akan dipikirkan kehidupannya, misalnya dengan memberi pelatihan dan keterampilan.

Diakui Nana, karena yang turut andil membuang sampah di TPA Leuwigajah tersebut terdiri dari Kota Bandung, Kab. Bandung, dan Kota Cimahi tentu saja penanggulangannya pun dilakukan secara bersama-sama pula. Sedangkan pengoordinasiannya di bawah Pemprov Jabar, mengingat musibah longsor ini terjadi lintas batas.

Menyinggung tidak difungsikannya TPA Leuwigajah sejak terjadi musibah, Pemkab Bandung akhirnya memanfaatkan TPA Babakan Ciparay dan Pasir Buluh untuk membuang sampah rumah tangga maupun yang lainnya. Bahkan, turut membantu Pemkot Bandung mengangkut sampah dari wilayah tersebut, khususnya menjelang pelaksanaan peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA).

“Belum tuntas penanggulangan bencana banjir, gempa, dan longsor yang terjadi di wilayah Kabupaten Bandung, menyusul Gunung Tangkuban Parahu dan gempa tektonik di Gununghalu, Rongga, Cihampelas, dan Cililin. Mudah-mudahan setelah itu tidak ada lagi musibah di Kabupaten Bandung ini,” kata Nana.

Disebutkan Nana, atas terjadinya musibah di Gununghalu, Pemkab Bandung telah memberikan bantuan beras sebanyak satu ton, mi instan, serta minyak goreng yang dikirimkan langsung pada Jumat (15/4) malam lalu ke lokasi bencana. Selain itu telah disiagakan pula posko, dapur umum, dan tenda.

“Rencananya dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat juga mengirim tiga tenda. Kita mengupayakan tambahan tenda, karena selama ini masyarakat masih panik, mereka belum mau tidur di rumah masing-masing takut ada gempa susulan,” jelas Nana Priatna.

Tangkuban Parahu
Sementara itu, para pedagang dan wisatawan yang biasa mengunjungi objek wisata Kawah Tangkuban Parahu, diharapkan bersabar dan memaklumi penetapan status kegiatan gunung api itu yang masih dikategorikan siaga (level 3). Bagaimanapun, tidak mudah memutuskan penurunan kembali status menjadi waspada (level 2) atau bahkan aktif normal (level 1).
Kasubdit Mitigasi dan Bencana Geologi Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) Surono mengungkapkan itu, ketika dihubungi Senin (18/4) dan ditanya tentang situasi terakhir Gunung Tangkuban Parahu. Ia menyatakan, sampai saat ini DVMBG masih menetapkan keadaan siaga, karena frekuensi gempa-gempa vulkanik masih berada di atas normal.

Pos pengamat gunung api Tangkuban parahu mencatat selama 6 jam terakhir hingga pukul 6.00 WIB kemarin, gempa vulkanik A terjadi 5 kali, dan 8 kali gempa vulkanik B. Sedangkan selama 24 jam sebelumnya, gempa vulkanik B telah terjadi 68 kali, dan enam kali gempa vulkanik A.

"Saya menyadari bagi para pedagang yang selama ini berjualan di sekitar kawah, pasti akan mengalami kerugian. Tapi, semua pihak mesti menyadari risiko besar bila tetap memaksakan berada di radius yang sekiranya tidak aman kalau toh terjadi letusan. Padahal, tidak ada yang bisa memastikan secara pasti kapan penurunan aktivitas akan terjadi," ujar Surono.
Dia sendiri berharap, kejadian itu dan upaya pengosongan kawasan gunung api bisa menjadi bahan pertimbangan untuk tetap menjadikan kawasan sekitar kawah kosong dari aktivitas pedagang maupun parkir kendaraan.

"Mungkin, bisa dipikirkan kemungkinan akses ke atas kawah hanya dilakukan dengan berjalan kaki dan para pedagang ada tempat khusus, tidak di sekitar kawah. Hal itu dilakukan di gunung-gunung api di Jepang, sehingga semakin menambah kemolekan dan kebersihan kawasan wisata gunung api tersebut," paparnya.

Sebelumnya, Direktur DVMBG Yousana O.P. Siagian memaparkan sembilan gunung api di Indonesia sampai sekarang masih dalam status waspada dan siaga. Dari kesembilan gunung tersebut, lima gunung api di antara dalam status waspada dan sisanya empat gunung lainnya dalam status siaga.(A-146/A-64)***

18 April 2005

more me...: Kompos doong

Sebuah pandangan komprehensif dari seorang mahasiswa ITB:

more me...: Kompos doong

Bebersih: Partisipasi Masyarakat

Masyarakat memulai partisipasinya untuk bebersih. Di sekitar Jalan Sorkarno Hatta - Riung Bandung hari ini masyarakat yang diorganisir olehs alah satu instansi membersihkan sampah yang berserakan di jalan. Aksi ini sempat menarik perhatian masyarakat setempat yang ikut pula berpartisipasi membantu.

SEBANYAK 20 anggota Forum Rembug Warga Jawa Barat (FRWJB) membersihkan sampah yang teronggok di bawah jembatan layang Kiaracondong Bandung, Minggu (17/4). Kegiatan yang dilakukan di Cikutra (2 titik), Sukajadi, Sarijadi,dan Kiaracondong ini dilakukan sekira seratusan anggota FRWJB di 5 lokasi ini sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam memecahkan masalah pembuangan sampah di Kota Bandung.*DUDI SUGANDI/"PR"

Warga Diharapkan Ikut Membersihkan Sampah

Pikiran Rakyat, 18 april 2005
BANDUNG, (PR).-Forum Rembug Warga Jawa Barat (FRWJB), Minggu (17/4) menggelar aksi sosial berupa pengantongan sampah yang menumpuk di bawah jembatan layang Kiaracondong. Sehari sebelumnya, FRWJB membagikan 50.000 kantong plastik kepada warga di sejumlah titik tempat pembuangan sampah (TPS) yang tersebar di Kota Bandung.

Sementara itu, tim kecil yang beranggotakan delapan pengusaha ditunjuk untuk mengelola dana yang terkumpul dari para pengusaha se-Kota Bandung, guna pengangkutan sampah secara darurat menjelang peringatan 50 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA).
Ketua FRWJB, Tb. Bakti Sudjana mengungkapkan, aksi sosial tersebut semata-mata bentuk dukungan kepada pemkot yang tengah melakukan persiapan KAA. "Kami tadinya akan menyewa truk dan bako, namun karena sudah habis disewa pihak swasta, langkah konkrit yang bisa kami lakukan adalah menyediakan 50.000 kantong sampah dari plastik sekaligus melakukan aksi sosial pengantongan sampah," ujarnya didampingi Sekretaris FRWJB Maman Nurjaman.
Menurut Bakti, kantong plastik yang dibagikan berukuran 80 x 120 cm yang mampu menampung 1 m3 sampah. Dengan kantong plastik tersebut, pengangkutan sampah bisa lebih mudah karena petugas PD Kebersihan tinggal melempar-lemparkan ke dalam truk.
Sebelumnya, Bakti meminta dewan untuk turun bersama-sama pemerintah daerah mencari solusi dalam mengatasi masalah sampah. Sebab, berdasar pengamatan selama ini, DPRD hanya pasif. "Jangan hanya mengkritik. Dewan mestinya ikut turun ke lapangan mencari solusi," ujar dia.
Menurutnya, DPRD Provinsi Jawa Barat dan Kota Bandung harus membantu pemerintah daerahnya mencari pemecahan masalah sampah.
Terkumpul Rp 1,1 miliar
Berdasar angka dari PD Kebersihan Kota Bandung, sampah yang harus diangkut hingga 30 April 2005 sebagai batas akhir program penanggulangan sampah darurat mencapai 112.790 m3. Persoalannya, pengangkutan sampah oleh PD Kebersihan menuju tiga TPA --Jelekong, Cicabe, dan Pasir Impun-- tidak bisa dilakukan cepat. Sebab, selain anggaran minim, jumlah kendaraan dump truck maupun wheel loader, juga terbatas.
Terkait hal itu, dalam acara silaturhami antara wali kota dengan para pengusaha di Pendopo Jln. Dalem Kaum, Jumat (15/4) malam lalu, terkumpul Rp 1,1 miliar untuk membantu pengangkutan sampah tersebut. Di antara penyumbang adalah Uce K. Suganda (Bank Jabar) Rp 300 juta, Chandra Tambayong Rp 100 juta, Toserba Yogya Rp 100 juta, Dago Pakar Rp 50 juta, dll. Tidak hanya pengusaha, umat Gereja Injili Indonesia (GII) Gardujati juga menyumbang Rp 50 juta dan tujuh gereja berbahasa Mandarin Rp 25 juta.
Sedangkan Istana Group yang sebelumnya telah mengangkut 20.000 m3 sampah dengan biaya Rp 600 juta serta menyumbang 10.000 tanaman bunga palem putri senilai Rp 200 juta, juga menyumbang 26 alat penyemprot lalat kepada setiap kecamatan di Kota Bandung. Tim kecil beranggotakan 8 pengusaha yang bertugas mengelola dana dari para pengusaha antara lain, Uce K. Suganda (Bank Jabar), Karmaka (Bank NISP), Bambang Triwinarko (PT Telkom Kandatel Bandung), Yosef (Istana Group), Tatang (Fujitex), Teguh (REI), dan Herman Wijaya. (A-100)***