Kampung Nunukan di Cililin kaya akan air, karena kampung ini terletak persis di samping waduk Saguling. Namun mereka sangat membutuhkan air bersih.
Lho kok? Ya, karena air waduk saguling memang tidak layak untuk digunakan sebagai air untuk kebutuhan sehari-hari. Ketika aku mengunjungi kampung Nunukan saat itu, aku melihat air waduk keruh berwarna hijau karena lumut yang tumbuh di sana. Lumut itu tersuspensi dalam air sehingga sulit untuk dipisahkan. Saat ini, persis di samping Madrasah di kampung itu terdapat sebuah unit penghasil air bersih. Unit ini tampak jelas dari kejauhan karena tiga buah tangkinya yang berwarna oranye. Unit yang terdiri dari sebuah unit membran, pompa, bak air dan menara air ini berkapasitas 1 m3 air bersih per jam.
Air bersih di sini berarti air yang telah layak untuk digunakan untuk memasak.
Setahun yang lalu, daerah ini menjadi sasaran aktivitas Pengabdian Masyarakat Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia ITB (HIMATEK) untuk kesekian kalinya. Keinginan untuk memberikan sesautu yang berarti bagi masyarakat Kampung Nunukan Cililin mendorong anak-anak HIMATEK mengumpulkan daya dan upaya secara mandiri. Beruntung Teknik Kimia ITB memiliki Dr. Ir. I Gede Wenten, seorang pakar membran tingkat dunia, yang menyumbangkan sebuah unit pemurnian air secara gratis. Sehingga dana yang terkumpul dari sana-sini, yang antara lain berasal dari
Program Studi Teknik Kimia ITB,
Sampoerna Foundation, dan berbagai pihak lainnya bisa digunakan untuk membangun infra struktur.
Jadi, ditariklah pipa air sepanjang 200 meter dari tengah danau dengan menggunakan pompa air berbahan bakar diesel. Air harus ditarik dari tengah danau karena hanya di daerah inilah air masih tersisa pada musim kemarau. Air danau yang masih keruh ini ditampung dalam sebuah bak penampungan air. Air ini kemudian diolah, dan disimpan dalam tangki air berkapasitas 3 m3.
Setahun lewat, kini ketika anak-anak meminta aku untuk datang melihat unit ini dan sekaligus meresmikan penggunaannya, serta merta aku menyanggupinya. Tanggal 14 Juni 2008, pimpinan proyek ini, Arizal, dan teman-temannya menjemputku. Kami berangkat dari Bandung sekitar jam 9:30 WIB. Kami membutuhkan waktu kira-kira 1 jam untuk sampai di Nunukan - Cililin. Setibanya di sana, aku diantar oleh Dani untuk melihat sistem yang telah dibangun oleh anak-anak HIMATEK. Bersama pak RW kami berperahu ke tengah danau, melihat instalasi pompa di sana. Berperahu dengan
sampan kecil merupakan pengalaman tersendiri karena ternyata tidak senyaman yang aku bayangkan. Pompa yang digunakan untuk mengalirkan air dari tengah danau ke bak penampung air di kampung Nunukan diletakkan pada barak tambak ikan terapung di tengah danau. Ketika aku naik ke tambak, dudukan ternyata juga tidak stabil, karena ditopang oleh rakit yang terbuat dari
drum kosong.
Anyway, dari sistem yang telah dibangun, aku dapat membayangkan bahwa kerja yang telah dilakukan adalah sebuah kerja besar.
Akhirnya, melalui seremoni sederhana bersama masyarakat kampung dan perwakilan Sampoerna Foundation, unit pembersih air itu aku resmikan. Peresmian ditandai dengan pengoperasian pompa membran.
Luar biasa, air dialirkan melalui membran, di tampung di tangki penampung di menara air, dan air bersih keluar begitu saja. Aku dapat merasakan kesan bangga di dada anak-anak HIMATEK ketika melihat air bersih itu mengalir.
Dan saat ini, melalui tulisan ini aku ingin membagi apa yang aku rasakan. Melihat apa yang telah mereka lakukan, aku merasa sangat bangga dan optimis bahwa anak-anak ini akan menjadi orang yang peduli akan lingkungannya. Anak-anak HIMATEK ITB lebih memilih untuk terjun langsung, bahu membahu menciptakan sebuah peluang untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat kampung Nunukan. Tidak banyak lho himpunan mahasiswa Indonesia yang dapat berbuat seperti ini. Ketika perguruan tinggi lain masih berkutat dengan masalah kekerasan dalam proses pengkaderan mahasiswanya, mahasiswa Teknik Kimia ITB ini sudah bisa bertepuk dada: "Kami beda, lho!".
Ya, proficiat HIMATEK!
Just FYI, saat ini mahasiswa HIMATEK ITB tengah sibuk memberikan pelatihan pembuatan kompos dan penanaman padi dengan metoda SRI kepada masyarakat Ciparay.