Pengelolaan Sampah Masih Sangat Marginal
Pengelolaan sampah di kota Bandung masih sangat bersifat marginal. Padahal msalah sampah bukan hanya masalah pemerintah daerah saja. Tetapi masalah sampah adalah masalah seluruh komponen masyarakat dan perangkat sosial-hukumnya. Sehingga dalam menanggulangi masalah ini, seluruh komponen masyarakat harus tersentuh secara efektif dan komprehensif. Usaha-usaha untuk itu sebenarnya sudah dimulai dengan komunikasi yang dilakukan oleh pemerintah kota serta rencana diberlakukannya Peraturan Daerah tentang K3. namun hal itu masih memerlukan usaha yang sangat keras agar apa yang telah dimulai masih terasa bergema. Pak Dada pernah berkata bahwa masyarakat Indonesia memang harus dipaksa untuk menghormati kepentingan umum. Paksa saja, Pak!
Pengelolaan Sampah Harus Berorientasi Jangka Panjang: "Dalam penanganan tanggap darurat sampah menjelang peringatan KAA, Dirut PD Kebersihan Kota Bandung Awan Gumelar mengatakan, mulai 1-10 April sudah terangkut 22.030 m2 sampah dari TPS-TPS ke TPA. Sedangkan dari Pasar Induk Caringin terangkut 73 rit (3.840 m3 sampah). Sedangkan pengangkutan bantuan oleh Istana Group sebanyak 384 rit (3.840 m3) baru di lima 5 TPS dari target 9 TPS, dan bantuan PT Anugerah 6 rit (60 m3) baru 1 TPS dari target 2 TPS.
Pemkot Bandung mengambil tiga cara pengelolaan sampah pascalongsor TPA Leuwigajah, yakni pengelolaan jangka pendek (darurat untuk persiapan KAA), pengangkutan rutin PD Kebersihan dan partisipan ke TPA Jelekong 200 rit/hari, TPA Cicabe (150 rit/hari) dan TPA Pasirimpun (50 rit/hari). "
No comments:
Post a Comment