23 June 2007

PLTSa: Maju Kena Mundur Kena

Lokasi geografis Bandung yang berada di "Cekungan Bandung" memberikan karakteristik khas. Hal ini kemudian memberikan beberapa konsekuensi tertentu bagi manajemen lingkungan kota Bandung. Dampak yang tidak menguntungkan dari sisi geografis ini telah mengubah cara pandang para praktisi teknologi proses dan pemerhati lingkungan bagi usaha-usaha pengembangan daerah.
Menurut Deputi Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Sumber Institusi Kementerian Lingkungan Hidup Ir. Isa Karmisa Adiputra, kualitas udara di Cekungan Bandung telah begitu rendahnya, sehingga keasaman hujan di daerah ini telah sangat tinggi. "Bahkan, tingkat keasamannya sudah seperti orange juice," ujarnya. Menurut catatan yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup, pH air hujan di Bandung telah mencapai angka 3,85, padahal pH normal adalah sekitar 5,6 saja.
Hal ini semua disebabkan karena gas buang yang teremisikan ke udara tidak bisa lepas dari daerah ini karena kondisi geografis Cekungan Bandung yang memang dikelilingi oleh pegunungan. Kabut dan awan yang tetap berada di Cekungan Bandung yang disebabkan oleh emisi gas buang ini bahkan teramati oleh satelit. Artinya, emisi gas buang yang terperangkap di Bandung akan selalu berada di daerah ini. Jika laju penambahan emisi gas buang ini tidak dikurangi, konsentrasi emisi gas buang di Cekungan Bandung akan terus bertambah dan dapat mengakibatkan rusaknya iklim tradisional Bandung, bukan saja karena hujan asam dan polusi udara, tetapi juga niaknya temperatur global kota Bandung yang telah mulai terasa akhir-akhir ini.
Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) memang akan dapat menanggulangi masalah sampah di kota Bandung. produksi sampah di kota Bandung telah mencapai angka 25 ton/jam, sebuah laju produksi akumulasi sampah yang memang harus segera diatasi. Apakah PLTSa adalah jawabannya?
Well, PLTSA juga ditengarai akan menambah parah kualitas udara yang telah saya uraikan di atas yang nota bene sudah parah ini. Dalam artikelnya, "PLTSa: Alternatif Solusi Masalah Sampah", Ari Darmawan Pasek mengatakan bahwa PLTSa telah digunakan di berbagai negara. Ia bahkan menunjuk beberapa negara maju yang telah memproduksi tenaga listrik dengan memanfaatkan PLTSa, seperti Belanda, Jepang, Amerika, Singapura, dan Malaysia. Dioxin yang dihasilkan dari unit PLTSa dikurangi hingga di bawah ambang batas, dan diemisikan ke udara. Kandungan dioxin yang teremisikan bisa mencapai 37 gram per tahun. So, menurut Ari, pasti amanlah.
Namun, Ari Darmawan Pasek lupa, bahwa kondisi geografis lokasi di mana unit PLTSa itu dibangun mungkin tidak sama dengan kondisi geografis Bandung. Lebih-lebih jika kita berbicara tentang Belanda dan Singapura yang topografi daratannya memang flat, tidak dikelilingi oleh pegunungan, sehingga gas buang tidak akan terakumulasi di areal ini. Sehingga, ketika kita berbicara masalah unit PLTSa di Bandung, unit ini akan menjadi sebuah monster penghasil dioxin yang secara perlahan-lahan akan mengurangi kualitas hidup di kota Bandung!
Apa itu dioxin? Menurut The Alliance For A Clean Environment:

The name of a group of persistent very toxic chemicals. Dioxin is the nastiest, most toxic man-made organic chemical;(dioxin's toxicity is second only to radioactive waste).

Dioxin Health Effects

  1. Dioxin is a powerful hormone-disrupting chemical. It exhibits serious health effects when it reaches as little as a few parts per trillion in your body fat.
  2. There is NO "threshold" dose - the tiniest amount can cause damage, and our bodies have no defense against it.
  3. Dioxin modifies the functioning and genetic mechanism of the cell by "attaching" to a protein in the cell, much like a key fitting into a lock.
  4. Dioxin accumulates in the fat cells. It is not metabolized by humans.
  5. Dioxin causes a wide range of effects: potent cancer causing agent; damages the immune system, leading to increased susceptibility to infectious disease; reproductive and developmental effects; miscarriages and birth
    deformity; and Nervous System Disorders.
Sebuah dilema yang harus kita pikirkan bersama. Namun, jika saya ditanya masalah ini, saya akan menjawab bahwa saya menginginkan Bandung yang tetap asri; Bandung yang bebas dari masalah sampah dan dioxin. Mungkinkah? SANGAT MUNGKIN!

8 comments:

Anonymous said...

Setau gw pembangkit listrik yang pake mode pembakaran (gas, batubara, minyak bumi, sampah) bisanya dibangun di deket pantai. Terus juga bisanya dibangun deket sumber air buat pendinginnya. Gw ga ngerti ini mau dibangun di cekungan di daerah dataran tinggi. Gw sih ga kebayang kalo tiba-tiba filter di cerobongnya ga berfungsi, akibatnya sebandung man! siap ga infrastrukturnya buat menanggulangi bencana tersebut. Singapore, belanda itu punya duit buat bikin dan menjalankan pltsa yang mahal itu. Apa kita punya duit? ini gw ragu, mahal boi operasionalnya. Ini mau beli mesinnya dari cina pula, lu tau sendiri gimana di cina gimana buruknya soal keselamatan dan lingkungan.

dira indira said...

hemm,,,saya pribadi sih setuju dengan adanya WtE,,konsepnya saya bilang bagus dan ini akan menjadi solusi dari kemalasan warga untuk memilah sampah,,peran pemerintah dan pakar2 disini untuk memastikan bahwa WtE ini tidak menjadi sumber pencemar yang baru,,yang saya yakin bisa dilakukan dengan teknologi yang berkembang,,kalau kendalanya masalah biaya, pemkot bandung emang harus ngerogoh kocek yang cukup dalam, itung2 biaya seorang orang tua yang gagal mendidik anaknya sehingga harus menebus anaknya untuk keluar dari penjara,,,
memang pikiran harus dibuat modern dulu untuk menggunakan teknologi modern,,,
peace!

Anonymous said...

hallo pa hari salam kenal nama asli saya :rosihan anwar
lulusan : Teknik Energi POLBAN

Judulnya bener juga..maju kena mundur kena...(terus mau ngapain...?)
cuma saya pingin tanya data PH air hujan di Bandung yang mencapai 3,85 itu bagaimana cara ngambil datanya?, apa alat ukurnya?kapan ngambilnya? dimana ngambilnya? setahu saya dalam alquran kejadian hujan itu adalah dipidahkannya awan, atas kehendak Allah, yang berpotensi hujan di satu tempat ke tempat lain.
jadi bisa saja PH air hujan bandung 3,85 tapi awannya berasal darimana...? (tolong koreksi saya klo salah)

PLTSa bagi saya merupakan hasil kerja keras orang-orang yang peduli tentang keenergian. yang awalnya energy to energy sekarang berkembang waste to energy. tapi di Indonesia, teknologi ini ko malah berbenturan dengan pecinta lingkungan dengan isu lingkungannya. sehingga pembangunan PLTSa pun, yang bahan bakarnya dari sampah, jadi tersendat. padahal kebutuhan listrik, volume sampah, besarnya subsidi minyak dan jumlah pengangguran semakin tinggi. apa tidak bisa dengan ilmunya para pecinta lingkungan untuk sama2 bersinergi memikirkan teknologi penangkap gas buang, fly ash, CO2, NOx dan SOx agar bandung tetap seger, tetap berembum di pagi hari. tetapi perekonomian terus tumbuh.

untuk global warming, walaupun saya tidak punya datanya, saya kira penyumbang karbon terbesar adalah sektor transportasi bukan dari kegiatan industri apalagi pembangkit. karena sektor industri sudah beralih dari genset ke PLN. pembangkit...! cuma PLTA doang kan. jadi penanganan GW bisa difokuskan ke transportasi.

di Bandung sumber air kan ada. sungai Citarum. di Jakarta, sumber air untuk pendingin maupun untuk fluida kerja PLTGU semuanya berasal dari sungai hitam nan kelam.

ya segitu aja pa hari
wassalam
roan anwarovic

Anonymous said...

Saya setuju jika pembangunan PLTSa ditunda. Siapapun yang tempat tinggal (rumah) dekat dengan PLTSa pasti menolak. Yang mendukung proyek PLTSa adalah warga yang tinggal jauh dari proyek itu. Yah kira-kira ajah dech…. pabrik sampah dekat dengan pemukiman. Mungkin kalo PLTSa ini dekat dengan tempat tinggalnya pejabat Pemkot sih ngak masalah. He.he..

Khususnya kepada warga kota Bandung yg tinggal jauh dari proyek PLTSa, pasti bisa merasakan keresahan warga yg dekat dengan proyek itu.

Yang pasti sih kalo pembangunan PLTSa ini tidak ada dampak negatifnya, tidak akan ada tanggapan dari para ahli, LSM lingkungan, Walhi Jabar termasuk 3 orang asing dari Amerika, Filipina dan India dsb., yang menolak PLTSa dekat pemukiman.

Pemerintah Kota harus lebih sabar dan selalu dekat dan berpihak kepada rakyat/ warganya. Saya yakin semua warga kota Bandung selalu mendukung program-program Pemerintah Kota, termasuk warga Gedebage yg saat ini sedang kesal.

Saya sangat prihatin terhadap warga Gedebage. Saya dukung warga TOLAK PLTSa…!

Anonymous said...

Bukan hanya warga pemukiman yg tercemar PLTSa, tetapi web http://www.bandung.go.id juga kena.

Masa Polling : “Setujukah Anda dengan dibangunnya PLTSa di Kota Bandung”

Pada tanggal 24 Januari 2008 pagi jam 10.00 WIB
Saya lihat Jumlah Setuju = 76, Tidak Setuju = 215

Masa pada jam 16.30 WIB menjadi : Jumlah Setuju = 805 dan Tidak Setuju = 218.

Jumlah kenaikan yg Setujunya ngak rasional yaa, he he..... tercemar PLTSa kali?
Biasanya perhari kenaikannya maksimal 20.

introzip said...

Sampah? Masalah klasik Indonesia yg tak pernah mau belajar!

1. Stop produksi kantong plastik untuk barang belanjaan. Gunakan kantong kertas daur ulang.
2. Pisahkan sampah dalam 2 drum: Organik dan Anorganik (serta B3). Berlakukan ke masyarakat.

Jadi, pilihannya adalah: Pilih metan atau emisi Dioxin?

Nampaknya Bandungers lebih suka Metan dan Dioxin... he he he

Anonymous said...

saya mau nanya mas.. referensi sampah di bandung sudah sampai 25 ton per jam itu dari mana ya?
pertanyaan lain, sampai saat ini sampah2 kota Bandung penanganannya seperti apa dan dibuang ke mana? dalam pemikiran saya, PLTSa ini akan berfungsi untuk mengurangi volume sampah di Bandung. lagipula, saya tidak melihat adanya solusi lain yang cukup feasible mengingat produksi sampah bandung yang udah 25 ton per jam itu.

Unknown said...

kl ga ada PLTSa, emisi yg terjadi dari tumpukan sampah adalah CH4 (metana).. dan jika tidak diawasi bisa aja terjadi ledakan di tumpukan2 sampah karena metana ini bisa dikategorikan sebagai 'bahan bakar'..
kl ada PLTSa, metana ini ditangkap dan digunakan untuk pembangkit listrik, emisi yg terjadi adalah CO2..
jadi dari sisi emisi, tanpa PLTSa pun emisi sudah terjadi... dan bahkan ada polusi bau..
sekarang pilihannya, mo ada PLTSa dan ada emisi (CO2), bau sangat mungkin berkurang dan ada tambahan listik.. ato ga usah ada PLTSa, dan ada emisi CH4, bau dan ga ada tambahan listrik..
dan harusnya kita bisa beri apresiasi buat yg udah usul, paling ga dia udh sumbang saran menganai penanggulangan sampah di bandung.. yg ga setuju harusnya jg punya usul lain, jgn hanya kasi alasan atas ketidak setujuannya...