22 May 2006

Pagar Sampah dan Kompos!

Pro-kontra penangan sampah dengan berlarut-larutnya masalah penentuan TPA untuk sampah kota Bandung menyebabkan tertundanya pengangkutan sampah dari berbagai lokasi di seluruh pelosok kota Bandung. Alhasil, kota Bandung tetap kumuh dan berbau, walaupun Walikota dan Gubernur berjanji untuk membersihkannya menjelang 21 Mei 2006. Contoh paling nyata adalah kondisi pagar sampah yang menjulang tinggi di jalan entah apa, di belakang permandian Karang Setra. Demikian tingginya pagar sampah yang diciptakan oleh tumpukan sampah yang tidak bisa diangkut ini sehingga hampir seluruh penduduk sekitarnya telah mengungsi ke tempat lain. Kendaraan yang akan meliwati daerah ini harus extra hati-hati untuk menutup seluruh bagian kendaraannya kalau tidak mau diserang bau busuk yang luar biasa.

Masih adakah peluang untuk mengubah semua ini? Jika merujuk pada unjuk kerja yang diperlihatkan oleh Pemerintah Kota Bandung dan Dinas Kebersihannya selama ini, patutlah seluruh masyarakat merasa apatis. Padahal dengan sedikit usaha untuk melakukan penyuluhan yang tepat, usaha-usaha pengurangan volume sampah dapat dilakukan dengan mengeliminasi sampah organik menjadi kompos.


Mubiar Purwasasmita
"Alam sudah menganugerahkan sebuah sistem yang sangat baik, dekomposisi alami. Mengapa kita tidak menirunya dengan membuat kompos?"

Garden Organic
"Making compost from garden and household waste is one of the best things any gardener can do. It's easy and costs very little in time or effort."

Sandi Eko Bramono
"Produk kompos juga dapat menjadi sumber penghasilan masyarakat sebagai sumber baru dalam berwirausaha, mengingat kompos memiliki nilai jual sebagai produk pertanian atau perkebunan, serta lebih ramah lingkungan ketimbang pupuk kimia."

2 comments:

Anonymous said...

Ada artikel lucu di salah satu newsletter lingkungan yg saya dapatkan gratis entah di mana, saya lupa. Judulnya: Berhenti Buang Sampah Pada Tempatnya!

hohoho

Menarik. Setidaknya dari judul.
Walau isinya tidak begitu mengagetkan.

Mungkin tak hanya penanganan sampah yang perlu dilakukan, tapi juga penekanan akan tingkat konsumtif masyarakat agar dapat mengurangi produksi sampah.

Pengomposan berkali-kali akan sia-sia kalau kontinuitas sampah tak menurun.

Sepertinya komunis perlu. Tak ada toko. Tak ada uang. Dan sampah berkurang.

ir said...

http://sariwangi.wordpress.com/