Masyarakat Peduli, Masyarakat Tak Peduli
Seorang teman memberikan muka cemberutnya ketika aku bertemu dengannya. "Dipikir-pikir, dikemanakan ya retribusi sampah yang dikumpulkan dari penduduk. Kok hingga kini masih saja banyak sampah dan tampaknya pemerintah tidak peduli dengan kebersihan kota.", katanya sambil melemparkan pantatnya, duduk disebelahku. "Mestinya KPK tidak hanya meng-obok-obok KPU saja.", tambahnya, sama sekali tidak melepaskan muka cemberutnya. Diskusi tentang retribusi sampah hari itu berakhir seperti biasanya. Selera makanku hilang sebagian, karenanya.
Dalam perjalananku pulang ke rumah, aku meliwati daerah jalan Taman Sari, dan klaim sahabatku bahwa uang retribusi sampah sama sekali tidak berguna dalam meningkatkan pelayanan pemerintah pada kebersihan kota berubah menjadi sebuah keniscayaan ketika aku melihat sampah berserak di belakang ITB. Aku berhenti sejenak di sana, dan termenung. Dan kekagetanku seakan-akan menjadi-jadi ketika aku diajak untuk melihat gunung sampah di dekat pelataran parkir SABUGA. Waduh, ternyata daerah elite seperti ITBpun tidak berdaya jika dihadapkan pada masalah sampah.
Siapa yang salah?
Merenung bukan kegiatan favoritku, tetapi hari itu aku dipaksa merenung ketika aku melihat daerah Simpang yang masih tetap semrawut, kotor, dan tidak terurus. Sampah plastik dan kertas bertebaran di mana-mana. Onggokan sampah berbau menumpuk tepat di bawah sebuah tulisan "Dilarang Membuang Sampah di Sini, Kecuali Anjing". Apakah seluruh kesalahan itu harus ditaruh seluruhnya di pundak pemerintah, sementara ternyata dengan kasat mata, kita bisa melihat bahwa masyarakat ternyata juga memegang peranan utama mengapa seluruh masalah sampah ini mengemuka? Serentetan pertanyaan mendasar lantas muncul, dan lidahku kelu, ketika aku sama sekali dihadapkan pada pilihan-pilihan sederhana.
- Pemerintah sudah tak punya daya, apakah kita akan terus mengharapkan sesuatu darinya, padahal sebenarnya pengelolaan sampah keluarga dan masalah kebersihan kota adalah masalah sikap peduli atau tidak peduli dari seluruh komponen masyarakat.
- Kalau aku sudah membayar retribusi sampah, apakah lantas aku berhak membuang sampah seenak udelku?
- Apakah kinerja pemerintah yang tidak optimal akhir-akhir ini dapat menghentikanku untuk menjadi komponen masyarakat yang cerdas dan berbudaya?
Masyarakat yang peduli akan isu-isu sosial selalu menjadi sebuah senjata fenomenal bagi pemberdayaan bangsa, dengan atau tanpa dorongan pemerintah. Percaya atau tidak?
Aku sih percaya aja.
No comments:
Post a Comment