20 January 2006

Bandung dan Sampah yang Berserakan

Sedih rasanya melihat bandung yang sedang sakit. Tidak banyak yang tersisa dari keindahan kota yang dulu pernah kurasakan. Melihat jalan Bengawan yang ditutupi sampah seperti saat ini terlihat di sana, tak percaya rasanya. Frustrasi rasanya kalau aku melihat sama sekali tidak ada tindakan progresif yang diambil oleh pemerintah, walaupun sebenarnya sudah banyak opini dan urun rembuk yang telah mengemuka, entah itu di berbagai media massa, maupun dari seminar-seminar lingkungan dan sosial. Sentilan Menteri KLH, Rahmat Witular, yang menyatakan bahwa Pemda sama sekali tidak bertindak apa-apa dan tidak mau belajar dari bencana Leuwigajah adalah proyeksi nyata dari apa yang ada dalam benak sebagian besar warga Bandung.
Perasaan malu dan jengah selalu memenuhi dadaku setiap kali aku menerima tamu dari luar kota kala aku berkeliling Bandung. Sampah dan bau adalah dua momok yang menakutkanku ketika tamuku datang ke Bandung.

  • TPA Ilegal Baleendah Ditutup :: MULAI Senin (9/1) lalu, tempat pembuangan akhir (TPA) sampah ilegal di RW 23 Kompleks Baleendah Permai III, dinyatakan ditutup. Tiga papan pengumuman bertuliskan ”Dilarang Buang Sampah di Sini sesuai Perda No. 31 tahun 2000”, pun telah terpasang sejak Senin itu.
  • Status TPA Citatah :: BANDUNG, (PR).-Bupati Bandung H. Obar Sobarna, S.Ip, menyatakan prihatin dengan menumpuknya sampah di beberapa titik di Kota Bandung. Oleh karenanya, dalam waktu dekat akan mengeluarkan Surat Izin Penetapan Lokasi (IPL) Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Citatah, yang berlokasi di Kec. Cipatat.
  • Kasus TPA Leuwigajah Terus Bergulir :: BANDUNG,(PR).-Ketua Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Bandung, Hidayatul Manan, S.H., mengabulkan permintaan kuasa hukum 41 ahli waris korban longsoran sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah, Kota Cimahi, Johnson Siregar dan Rekan, untuk bersidang di lokasi, Kamis (12/1).
  • TPA Jelekong BEroperasi Kembali? :: BANDUNG, (PR).-Direktur Utama PD Kebersihan Kota Bandung, Awan Gumelar, memberikan laporan secara rinci terkait dengan penanganan darurat sampah Kota Bandung, khususnya pembuangan sampah ke lahan tambahan bekas TPA Cicabe.
  • Obar Dipanggil Menteri Terkait TPA Cipatat :: BANDUNG, (PR).-Meneg Lingkungan Hidup (LH) mengundang Bupati Bandung Obar Sobarna, terkait rencana pembangunan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Cimerang, Cipatat, Kab. Bandung.
    ”Menurut undangan, saya diminta datang minggu depan,” kata Obar, Jumat (13/1).
  • Warga Tolak TPA Jelekong Difungsikan :: BANDUNG, (PR).-Kepastian kapan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jelekong akan kembali digunakan sebagai TPA darurat, belum diketahui. Hingga saat ini, beberapa RW di Jelekong masih menolak jika TPA Jelekong kembali dipergunakan.
  • Ormas Turut Pikirkan Soal Sampah? :: CIMAHI, (PR).-Organisasi masyarakat (ormas) Islam, diharapkan berperan aktif mendukung program pemerintah dalam mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi saat ini.
  • Warga Tolak TPS Darurat Pasirimpun :: BANDUNG, (PR).-Warga RW 13 Kel. Karangpamulang Kec. Cicadas bersikukuh menolak Pasirimpun dijadikan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah darurat warga Kota Bandung. Namun, sebagian dari warga ada yang mendukung program Pemkot Bandung itu.
  • TPA Cimerang Harus Dibangun? :: BANDUNG, (PR).-Meski gelombang penolakan warga tentang pembangunan TPA Cimerang di Kec. Cipatat tidak surut, Pemerintah Kab. Bandung bersikukuh bahwa TPA untuk menampung sampah dari Kota Bandung dan Cimahi itu mesti berdiri. Hal itu tergambarkan dari pernyataan Bupati Bandung Obar Sobarna.
  • Penanganan Sampah Darurat Ditolak! :: BANDUNG, (PR).-Dalam 1 bulan ke depan, sampah di Kota Bandung dipastikan akan terus menumpuk, karena rencana pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cimerang belum bisa dilaksanakan sebelum ada analisa mengenai dampak lingkungan (Amdal). Selain itu, TPA Jelekong juga belum bisa dimanfaatkan, karena masih ada penolakan sebagian warga.
  • TPA Leuwigajah tidak Dikelola dengan Baik :: BANDUNG, (PR).-Tempat Penampungan Akhir (TPA) Leuwigajah, tidak dikelola dengan baik. Pengelola tidak pernah membuat saluran air lindih atau pun benteng pemisah antara lokasi TPA dengan pemukiman penduduk. Akibatnya, air lindih sering merembes ke rumah-rumah penduduk.
  • TPA Nagreg Dibangun :: BANDUNG, (PR).-Pemerintah Provinsi Jawa Barat, bersama lima kabupaten/kota di area Metropolitan Bandung, sepakat membuang sampah ke (tempat pembuangan akhir (TPA) di Nagreg, Kab. Bandung. TPA tersebut akan dikelola oleh investor asal Malaysia, Umpan Jaya Group of Companies.
  • Ijin Sementara TPA Cimerang :: BANDUNG, (PR).-Penolakan Menteri Negara Lingkungan Hidup (Meneg LH) atas rekomendasi darurat sampah, tidak membuat Bupati Bandung Obar Sobarna patah arang. Ia berencana akan mengajukan izin sementara (IS) agar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Cimerang Kec. Citatah, bisa segera digunakan.
  • TPA Gabungan Belum Jelas :: BANDUNG, (PR).-Pemerintah Kabupaten Bandung bersikap terbuka terhadap kemungkinan dibukanya tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Kec. Nagreg. Sebelumnya, Nagreg sudah disepakati untuk dijadikan TPA gabungan antara Kota Bandung, Kab. Garut, Kab. Sumedang, dan Kab. Bandung.

4 comments:

Batari Saraswati said...

kebetulan sekali saya menemukan blog mengenai sampah bandung.
saat ini saya dan 3 orang teman berniat membuat suatu produk inovatif untuk mengubah sampah organik menjadi pupuk kompos. cara biasa yang ada saat ini membutuhkan waktu 7 - 8 minggu - saya ingin lebih cepat dari itu.

saya membutuhkan bantuan data, mengenai berapa banyak sampah organik bandung yang dihasilkan tiap harinya. kalau bisa jumlah sampah organik dari tiap rumah tangga yang ada di bandung, karena nantinya produk ini akan diterapkan pada tingkat rumah tangga.

Kalau bisa dibantu, saya akan tertolong sekali. terima kasih :)

Harry Makertia said...

Sampah Bandung? Wah banyak sekali. Seharinya bisa mencapai 75.000 m3, dan 85% di antaranya sampah organik. Kalau rendemen pembuatan kompos dari sampah organik ini sekitar 45%, bayangkan jumlah kompos yang bisa diperoleh setiap harinya secara kontinyu jika seluruh sampah organik ini diproses.

Unknown said...

wah artikel yang menarik sekali.memang bandung sudah kebanyakan dan saya berniat untuk menguranginya dengan membuat pabrik cacah daur ulang.

mungkin mas/bapak ada daftar TPS/TPA di bandung?atau kalau tidak.bisa minta dimana ya list nya?

Unknown said...

saya sangat setuju sekali sama mba batari saraswati.saya sering liat video2 diyoutube di Amerika sana compos organik itu bernilai sangat tinggi harganya pun mahal.mereka menyebutnya sampah organik itu berkah dari tuhan,lah dikita sendiri kompos itu ga ada harganya.saya sependapat sama mba batari hayu kita bangun untuk lebih menghargai sampah organik saya siap mengikutiu program Mba batari