Sampah Bandung: Stiker dan Pamflet
Di Bandung ini, tidak ada yang tak mungkin. Walaupun tulisan larangan itu dibuat dengan huruf yang besar dan mencolok mata, masih saja ada orang yang tidak mengindahkannya. Kalau tidak disebut "belegug", entah orang yang berbuat ini pantas disebut apa lagi. Gambar ini aku ambil di Jalan Ganesha di depan kampus ITB, di pojok dinding dekat Mesjid Salman.
Fenomena tempel-menempel di sembarang tempat ini tampaknya sudah mencapai taraf mengkhawatirkan. Tengoklah seluruh kampus yang ada di Bandung ini. Mulai dari kampus ITB, Unpad, Unpar, hingga Unpas dan Unisba, seluruh tembok dan ruang penuh dengan atribut tempel yang sangat mengusik mata. Belum lagi di sepanjang jalan di daerah-daerah bisnis tradisional, seperti daerah Simpang Dago, misalnya. Sekali kena tempel, area itu akan susah sekali untuk dibersihkan. em kering dan kotoran lain yang ikut menempel akan merusak pemandangan. Rasanya, peringatan dan himbauan saja sudah tak lagi merupakan vocal point dalam usaha-usaha permberdayaan dan mencerdaskan masyarakat. Harus ada pendekatan yang sifatnya progresif yang bisa dijadikan terobosan. Pemberdayaan pemimpin informal seperti pemuka masyarakat, pemuka agama untuk memberikan himbauan dan pendidikan akan pentingnya kebersihan mungkin merupakan salah satu jalan.
Momentum bulan Ramadhan mungkin bisa dijadikan titik awal dari upaya desiminasi pentingnya memiliki lingkungan yang asri. Membersihkan lahir, membersihkan batin, termasuk pula membersihkan dan menjaga kebersihan lingkungan bisa dijadikan topik diskusi informal bulan Ramadhan. Mengapa tidak?
No comments:
Post a Comment